dc.description.abstract |
Penelitian ini berawal dari permasalahan yang teridentifikasi, yaitu: kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa rendah, dan kemampuan komunikasi siswa pada
pelajaran matematika rendah. rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : (1) Apakah
model Problem Solving berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa, (2) Apakah model React berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa, (3) Apakah model Problem Solving berpengaruh terhadap
kemampuan komunikasi matematis siswa, (4) Apakah model React berpengaruh
terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa, penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi: (1) Pengaruh model pembelajaran Problem Solving terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, (2) Pengaruh model pembelajaran
Problem Solving terhadap komunikasi matematis siswa, (3) Pengaruh model
pembelajaran React terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, (4)
Pengaruh model pembelajaran React terhadap komunikasi matematis siswa, Jenis
penelitian ini adalah quasi-eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen yang
digunakan meliputi: (1) tes kemampuan matematika awal siswa, (2) tes kemampuan
pemecahan masalah matematis, dan (3) tes kemampuan komunikasi matematis siswa.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kovarians (ANACOVA). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh signifikan antara model
pembelajaran Problem Solving dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa,
dengan nilai F sebesar 68,125 dan nilai signifikan 0,000 < 0,05, yang menunjukkan
bahwa H0 ditolak. (2) Terdapat pengaruh signifikan antara model Problem Solving dan
komunikasi matematis siswa, dengan nilai F sebesar 24,939 dan nilai signifikan 0,000 <
0,05, yang menunjukkan bahwa H0 ditolak. (3) Ada pengaruh signifikan antara model
React dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dengan nilai F sebesar
48,355 dan nilai signifikan 0,000 < 0,05, yang berarti H0 ditolak. (4) Terdapat pengaruh
signifikan antara model React dan komunikasi matematis siswa, dengan nilai F sebesar
60,141 dan nilai signifikan 0,000 ≤ 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 ditolak.
Berdasarkan temuan penelitian ini, peneliti merekomendasikan penggunaan model
pembelajaran problem solving dan react sebagai pilihan yang baik dan dapat disesuaikan
dengan kondisi siswa. Kedua model ini dapat menjadi alternatif bagi guru matematika
dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika serta
komunikasi matematis, dengan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. |
en_US |