dc.description.abstract |
Jahe gajah merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional.
Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang
berwarna kuning hingga putih. Jahe gajah tidak hanya berprospek didalam negeri
saja tetapi juga memiliki peluang besar untuk diserap oleh pasar internasional.
Jahe gajah berpotensi sebagai komoditas ekspor yang dikirim dalam bentuk segar,
kening, asinan, minyak atsiri dan oleoresin. Dengan demikian usaha jahe gajah
memiliki prospek dan potensi usaha yang cukup menjanjikan. Jahe gajah sangat
besar peluangnya untuk dikembangkan di Indonesia karena didukung oleh iklim,
kondisi tanah dan letak geografis yang cocok bagi pembudidayaan tanaman ini.
Disamping itu dengan adanya ketersediaan lahan yang luas dan melimpahnya
sumberdaya manusia sangat memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas
yang maksimal.
Oleh karena itu peneliti menggunakan variasi konsentrasi waktu panen dan
penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan fisikokimia
pada waktu panen dan penyimpanan jahe gajah. Pengambilan sampel jahe ini
diperoleh di lahan masyarakat di Dusun Sukaribu, Desa Telaga Kecamatan Sei
Bingei Kabupaten Langkat dan untuk mengujinya dilaksanakan di Laboratorium
Teknologi Hasil Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Faktor I
adalah umur panen dengan simbol (U) yang terdiri dari tiga taraf yaitu : U1 = 5
bulan, U2 = 7 bulan, U3 = 9 bulan. Faktor II adalah penyimpanan dengan simbol
(L) yang terdiri dari tiga taraf yaitu : L0 = 0 bulan, L1 = 1 bulan, L2 = 2 bulan,
parameter meliputi uji protein, uji karbohidrat, uji flavonoid, uji vitamin C, kadar
air, uji organoleptik aroma dan uji organoleptik warna. Hasil menunjukkan bahwa
hubungan umur panen dan penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat
nyata (P<0,01) terhadap protein, karbohidrat dan vitamin C sedangkan kadar air,
aroma, L, a*, b* dan flavonoid memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05). |
en_US |