Abstract:
Film merupakan salah satu media massa berbentuk audio dan visual yang
bersifat sangat kompleks, film agar diminati penanonton harus tanggap
terhadap perkembangan zaman, cerita harus lebih baik penggarapannya yang
profesional dengan dengan teknik penyuntingan yang semakin canggih. Film
ini bermula dengan anak-anak di kota Maine yang menghilang dan
sekelompok anak lainnya lantas diteror oleh seorang badut bernama Penny
Wishe merupakan iblis dengan kemampuan mengubah bentuk dan muncul
diantara manusia setiap 27 tahun sekali. Penny Wise memburu korbannya
dengan mengeksploitasi rasa takut dan fobia mereka dan mengubah wujudnya
sesuai dengan ketakutan korban, namun ia lebih banyak muncul dalam bentuk
badut untuk memburu korbannya yang masih anak-anak. Keberadaan Penny
Wise membuat sekelompok anak yang menamai kelompoknya The Loser
Club ingin melawan balik untuk membalaskan dendam karena saudara salah
satu dari kelompok tersebut telah dibunuh oleh Penny Wise. Tujuan penelitian
ini adalah bagaimana film IT menampilkan nilai-nilai kekerasan yang
terpresentasi dari adegan-adegan film tersebut. Penelitian ini menggunakan
teori berkaitan dengan komunikasi, komunikasi massa, film, semiotika ,
komunikasi semiotika, teori semiotika Roland Barthes, media massa.
Penelitian ini menggambarkan kekerasan yang diawali dengan memukul,
membully, menusuk, berkelahi, mengancam, menyayat, melawan ibunya dan
membunuh.Metode analisis yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan analisis semiotika Roland Barthes. Sebagai sebuah
penelitian kualitatif, penelitian ini hanya memaparkan scene kekerasan yang
terdapat di Film IT. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif (data yang
bersifat tanpa angka-angka atau bilangan). Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa film IT karya Stephen King telah mempresentasikan
banyak adegan kekerasan dalam setiap adegan scene terdapat banyak prilaku
yang tidak baik seperti melawan orangtuanya, membully, menusuk dengan
pisau, berkelahi, mengancam, menyayat dengan pisau, membunuh dan
memukul dengan tongkat besi yang seharusnya anak dibawah umur tidak
boleh melakukan prilaku itu