Abstract:
Sebagian besar daerah di Indonesia memiliki resiko gempa yang cukup tinggi
terutama pulau Sumatera dan Jawa. Sebagai upaya mengurangi kerusakan
bangunan, struktur dilengkapi dengan elemen untuk mereduksi gaya gempa
seperti base isolator. Respon bangunan terhadap pengaruh gaya gempa akan
berbeda jika diaplikasikan terhadap bangunan yang beraturan dan tidak beraturan,
komponen struktur yang menggunakan perletakan jepit juga tidak akan sama
dengan struktur yang menerapkan sistem isolasi dasar. Mekanisme isolasi dasar
meningkatkan periode alami dari struktur keseluruhan, dan mengurangi respons
akselerasinya terhadap gempa / gerakan seismic pada lantai diatasnya. Tugas
akhir ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan respon struktur
bangunan yang menggunakan teknologi isolasi dasar dan fixed base menggunakan
analisis respons spektrum. Terdapat 3 model yang dibandingkan, model 1 dengan
perletakan jepit, model 2 dengan isolasi dasar dan model 3 dengan isolasi dasar
dan perubahan penampang balok. Dalam penelitian ini menunjukkan nilai
simpangan terbesar terjadi pada model 3 dengan nilai simpangan arah x sebesar
188.003 mm, arah y sebesar 255.245 mm, sedangkan pada model 2 untuk arah x
sebesar 92.896 mm, arah y sebesar 211.178 mm dan pada model 1 simpangan
untuk arah x sebesar 27.873 mm, arah y sebesar 27.024 mm. Penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa berat struktur bangunan sangat mempengaruhi
simpangan dan torsi lantai yang terjadi.