Abstract:
Kebutuhan akan bangunan tahan gempa merupakan sebuah hal yang harus
terpenuhi, khususnya untuk daerah-daerah dengan tingkat kerawanan gempa
tinggi seperti di Indonesia. Berdasarkan pengalaman yang telah terjadi,
keruntuhan bangunan akibat bencana gempa bumi menelan korban jiwa dalam
jumlah yang cukup besar. Pada saat terjadi gempa, ada kecurigaan ketika elemen
kolom atau balok mengalami sendi plastis dan keruntuhan pada dinding bata. Hal
ini menyebabkan lantai mengalami torsi karena sudah tidak sesuai lagi
kekuatannya dan kekakuannya, serta torsi tak terduga akibat perpindahan pusat
massa dari lokasi aktualnya dengan jarak sama dengan 5% dimensi tegak lurus
terhadap arah gerak yang diterapkan. Hipotesa ini dipakai sebagai permasalahan
penelitian ini dan tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan hipotesa ini
dengan motode pushover dan respon spektrum. Dalam analisis yang dilakukan,
torsi lantai yang ditunjukkan model bangunan pada analisis pushover dan analisis
respon spektrum berdasarkan analisis 3D. Hasil analisis pushover dan analisis
respon spektrum yang telah menunjukkan bahwa gedung mengalami torsi bawaan
dan torsi tak terduga pada lantai dengan nilai pushover maksimum pada
keruntuhan dinding awal dengan melemahkan sebagian dinding sebesar 7.331 x
10
-3
radians dan pada keruntuhan dinding akhir dengan
dinding lebih banyak dilemahkan sebesar 6.356 x 10
radians dan 6.872 x 10
-3
radians dan nilai respon spektrum maksimum pada keruntuhan dinding awal
dengan melemahkan sebahagian dinding sebesar 0.871 x 10
-3
radians dan 6.396 x 10
-3
radians dan 4198 x
10
-3
11
radians dan keruntuhan dinding akhir dengan dinding lebih banyak
dilemahkan sebesar 0.862 x 10
radians dan 2086,215 radians