Research Repository

Komunikasi Antar Budaya Dalam Proses Asilimilasi Suku Jawa dan Batak Toba di Kabupaten Simalungun

Show simple item record

dc.contributor.author Sitanggang, Frans Bona
dc.date.accessioned 2020-11-04T08:17:10Z
dc.date.available 2020-11-04T08:17:10Z
dc.date.issued 2019-03-14
dc.identifier.uri http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/7578
dc.description.abstract Penelitian ini mengkaji Komunikasi Antar Budaya dalam Proses Asimilasi Suku Jawa dan Batak Toba di Kabupaten Simalungun. Pernikahan Antar Budaya dapat menghasilkan proses asimilasi dalam keluarga yang melakukan perkawinan campuran. Pernikahan ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi antar budaya yang terjadi dalam proses asimilasi Suku Jawa dan Batak Toba di Kabupaten Simalungun. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yakni metode analisi data kualitatif yang menekankan pada kasus-kasus tertentu yang terjadi pada objek analisis. Metode ini menggunakan analisis deskriptif dan pendekatan induktif dalam menganalisa datanya. Subjek penelitiannya adalah tiga pasangan yang melakukan asimilasi pernikahan atau pernikahan campuran Suku Jawa dan Batak Toba di kelurahan Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asimilasi pernikahan atau pernikahan campuran akan terjadi apabila menghapuskan sifat etnosentrisme, yang merupakan penyakit sosial di dalam kehidupan kebhinekaan. Etnosentrisme adalah suatu sikap ataupun pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan juga kebudayaannya sendiri, biasanya disertai prilaku dan pandangan yang cenderung meremehkan masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda. Sifat etnosentrisme juga sangat fatal karena bisa mengakibatkan munculnya konflik antarsuku, menyebabkan munculnya aliran-aliran dalam politik dan juga jelas menghambat alkulturasi dan asimilasi pernikahan. Adapun cara untuk mengatasi sikap etnosentrisme adalah bersifat terbuka dan mau mengenal budaya orang lain, memandang perbedaan sebagai kekayaan bukan kekurangan, belajar memahami mengakui dan menerima keanekaragaman, memasukkan pendidikan multikultural dalam sistem wajib belajar agar generasi terbiasa dengan perbedaan tersebut. Sikap penolakan sering muncul pada mereka yang kurang pemahamannya, menghindari sikap seperti menghakimi dan berasumsi dini. Puncak dari asimilasi adalah asimilasi pernikahan, karena memilih pasangan hidup yang berbeda kebudayaan adalah satu bentuk cinta Indonesia, semangat nasionalisme. en_US
dc.subject komunikasi antar budaya en_US
dc.subject Asimilasi pernikahan, en_US
dc.subject Etnosentrisme. en_US
dc.title Komunikasi Antar Budaya Dalam Proses Asilimilasi Suku Jawa dan Batak Toba di Kabupaten Simalungun en_US
dc.type Thesis en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Browse

My Account