Abstract:
Tepung komposit adalah tepung yang berasal dari beberapa jenis bahan
baku yaitu umbi-umbian, kacang-kacangan, atau sereal dengan atau tanpa tepung
terigu atau gandum dan digunakan sebagai bahan baku olahan pangan seperti
produk bakery dan ekstrusi (Widowati, 2009). Tujuan pembuatan tepung
komposit antara lain untuk mendapatkan karakteristik bahan yang sesuai untuk
produk olahan yang diinginkan atau untuk mendapatkan sifat fungsional tertentu
(Tajudin, 2014). Usaha untuk mengurangi konsumsi tepung terigu terus
digalakkan disamping mencari alternatif pengganti dari bahan baku lain, juga
dengan mengusahakan tepung lain sebagai tepung campuran (tepung komposit),
yaitu suatu bentuk campuran antara tepung dengan beberapa jenis tepung dari
bahan lain.
Bahan lain yang ikut dicampurkan dalam penelitian ini adalah susu skim,
dan tepung tulang rawan sapi. Susu skim adalah susu yang bagian lemak (krim)
nya diambil sebagian atau seluruhnya pada waktu didiamkan atau dipisahkan
dengan alat centrifogal separator. Proses pengurangan bagian lemak dari susu ini
akan menghasilkan produk olahan susu yang kandungan kalorinya lebih rendah
dari susu segar sehingga cocok dikonsumsi bagi orang yang sedang diet rendah
kalori. Susu skim juga mengandung potassium, fosfor, niacin dan riboflavin yang
sangat penting untuk kesehatan. Susu umumnya mempunyai kandungan lemak yang cukup tinggi sehingga
dapat menyebabkan penyakit kolesterol dan memiliki kalori yang cukup tinggi
sehingga jika dikonsumsi berlebihan akan menyebabkan peningkatan berat badan
yang berlebihan, oleh karena itu penting juga dilakukannya serangkaian proses
untuk menghasilkan susu yang rendah lemak sehingga terhindar dari kolesterol
(Dewi CM, 2007).
Tepung tulang merupakan salah satu bahan baku pembuatan pakan ternak
yang terbuat dari tulang hewan. Tulang yang akan dijadikan tepung haruslah
tulang yang berasal dari hewan ternak dewasa dan biasanya berasal dari tulang
hewan berceker empat seperti tulang sapi, kerbau, babi, domba, kambing dan
kuda. Kalsium dan fosfor sangat diperlukan karena memiliki peranan dalam
pembentukan tulang dan kegiatan metabolisme tubuh (Murtidjo, 2001).
Tepung tulang terdiri atas kalsium, fosfor, protein dan lemak. Komposisi
kimia tepung tulang bervariasi tergantung pada bahan mentah dan proses
pengolahannya. Keunggulan tepung tulang sebagai sumber mineral dibandingkan
dengan sumber mineral lainnya dimana kandungan plour berada dalam keadaan
aman. Dewan Standar Nasional Indonesia menyusun karakteristik mutu tepung
tulang meliputi kadar air, mineral, lemak dan kotoran pasir tanpa penentuan
kandungan protein (Retnani, 2011).
Metode penelitian ini dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap
(RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan dua kali ulangan. Faktor I
adalah perbandingan susu skim dan tepung kacang merah (K) terdiri dari 4 taraf
yaitu K1 = 70:30, K2 = 60:40, K3 = 50:50, K4 = 40:60. Faktor II yaitu persentase
tepung tulang rawan sapi yang terdiri dari 4 taraf yaitu T1 = 10%, T2 = 20%, T3 = 30%, T4 = 40%. Parameter yang diamati adalah kadar air, kadar kalsium, kadar
protein, kadar abu, baking expansion, swelling power, densitas kamba,
antioksidan, organoleptik aroma, organoleptik rasa. Hasil analisa secara statistic
pada masing-masing parameter memberikan kesimpulan sebagai berikut.
Kadar Air
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa perbandingan
susu skim dan tepung kacang merah memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(p<0.01) terhadap parameter kadar air. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan K4
sebesar 5.77% dan terendah terdapat pada perlakuan K1 sebesar 5.40%. Pada
persentase tepung tulang rawan sapi memberikan pengaruh sangat nyata (p<0.01)
terhadap kadar air. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan T4 sebesar 5.82%
dan terendah terdapat pada T1 sebesar 5.37%. Interaksi perlakuan memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap kadar air.
Kadar Kalsium
Berdasarkan daftar sidik ragam (Lampiran 2) perbandingan susu skim dan
tepung kacang merah akan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0.05)
terhadap parameter kadar kalsium. Kadar kalsium tertinggi terdapat pada
perlakuan K4 yaitu sebesar 75.16 mg/kg sedangkan nilai terendah berada pada
perlakuan K1 yaitu sebesar 57.52 mg/kg. Pada penambahan tepung tulang rawan
sapi akan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap
parameter kadar kalsium. Kadar kalsium tertinggi terdapat pada perlakuan T4
yaitu sebesar 88.68 mg/kg sedangkan nilai terendah berada pada perlakuan T1
yaitu sebesar 40.66 mg/kg. Interaksi perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap kadar kalsium. Kadar Protein
Berdasarkan analisa sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa
perbandingan susu skim dan tepung kacang merah memberikan pengaruh berbeda
sangat nyata (p<0.01) terhadap parameter kadar protein. Kadar protein tertinggi
antar perbandingan berada pada perlakuan K4 yaitu sebesar 1.76% dan kadar
protein yang terendah antar perbandingan berada pada perlakuan K1 yaitu sebesar
1.37%. Pada penambahan tepung tulang rawan sapi akan memberikan pengaruh
berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap parameter kadar protein. Kadar protein
yang tertinggi terdapat pada perlakuan T4 yaitu sebesar 1.72%. Sedangkan kadar
protein yang terendah terdapat pada perlakuan T1 yaitu sebesar 1.43%. Interaksi
perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (p>0.05) terhadap
kadar protein.
Kadar Abu
Berdasarkan analisa sidik ragam (Lampiran 4) diketahui bahwa
penambahan susu skim dan tepung kacang merah memberikan pengaruh yang
berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap parameter kadar abu. Kadar abu yang
tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 0.35% sedangkan nilai terendah
berada pada perlakuan K1 yaitu sekitar 0.14%. Pada penambahan tepung tulang
rawan sapi akan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap
parameter kadar abu. Kadar abu yang tertinggi terdapat pada perlakuan T4 yaitu
0.27% sedangkan nilai terendah terdapat pada parameter T1 yaitu sebesar 0.22%.
Interaksi perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (p>0.05)
terhadap kadar abu. Baking Expansion
Berdasarkan analisa sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa
penambahan susu skim dan tepung kacang merah akan memberikan pengaruh
berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap parameter baking expansion. Baking
expansion tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 1.58 ml/g. sedangkan
nilai terendah berada pada perlakuan K1 yaitu sebesar 1.38 ml/g. Pada
penambahan persentase tepung tulang rawan sapi akan memberikan pengaruh
berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap parameter baking expansion. Baking
expansion yang tertinggi terdapat pada perlakuan T1 yaitu 1.60 ml/g sedangkan
nilai tertinggi terdapat pada parameter T4 yaitu sebesar 1.31 ml/g. Interaksi
perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap
baking expansion.
Swelling Power
Berdasarkan analisa sidik ragam (Lampiran 6) dapat diketahui
perbandingan susu skim dan tepung kacang merah memberikan pengaruh berbeda
sangat nyata (p<0.05) terhadap parameter swelling power. Swelling Power
tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 12.56 (b/b). sedangkan nilai
terendah berada pada perlakuan K1 yaitu sebesar 11.49 (b/b). Pada persentase
tepung tulang rawan sapi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (p>0.05)
terhadap parameter swelling power. Interaksi perlakuan memberikan pengaruh
yang berbeda tidak nyata (p>0.05) terhadap swelling power.
Densitas Kamba
Berdasarkan analisa sidik ragam (Lampiran 7) dapat dilihat bahwa
perbandingan susu skim dan tepung kacang merah memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap parameter densitas kamba. Densitas kamba
tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 2.83% sedangkan densitas
kamba yang terendah berada pada perlakuan K1 yaitu sebesar 2.77%. Pada
persentase tepung kacang merah memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(p<0.01) terhadap parameter densitas kamba. Densitas kamba tertinggi terdapat
pada perlakuan K4 yaitu sebesar 2.83% sedangkan densitas kamba yang terendah
berada pada perlakuan K1 yaitu sebesar 2.78%. Interaksi perlakuan memberikan
pengaruh yang berbeda tidak nyata (p>0.05) terhadap densitas kamba.
Antioksidan
Berdasarkan analisa sidik ragam (Lampiran 8) dapat dilihat bahwa
perbandingan susu skim dan tepung kacang merah memberikan pengaruh berbeda
sangat nyata (p<0.01) terhadap parameter antioksidan. Antioksidan tertinggi
terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 54.74% sedangkan Antioksidan yang
terendah berada pada perlakuan K1 yaitu sebesar 50.77%. Pada persentase tepung
tulang rawan sapi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap
parameter antioksidan. Antioksidan tertinggi terdapat pada perlakuan T4 yaitu
sebesar 53.23% sedangkan antioksidan yang terendah berada pada perlakuan T1
yaitu sebesar 52.16%. Interaksi perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda
sangat nyata (p<0.01) terhadap antioksidan.
Organoleptik Aroma
Berdasarkan analisa sidik ragam (Lampiran 9) dapat dilihat bahwa
perbandingan susu skim dan tepung kacang merah memberikan pengaruh berbeda
sangat nyata (p<0.01) terhadap parameter organoleptik aroma. Berdasarkan
analisa sidik ragam (Lampiran 9) dapat dilihat bahwa perbandingan susu skim dan tepung kacang merah memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0.01)
terhadap parameter organoleptik aroma. Pada persentase tepung tulang rawan sapi
memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (p>0.05) terhadap organoleptik aroma.
Interaksi perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0.01)
terhadap organoleptik aroma.
Organoleptik Rasa
Berdasarkan analisa sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat bahwa
perbandingan susu skim dan tepung kacang merah memberikan pengaruh berbeda
sangat nyata (p<0.01) terhadap parameter organoleptik rasa. Organoleptik rasa
tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 2.50% sedangkan organoleptik
rasa yang terendah berada pada perlakuan K1 yaitu sebesar 1.73 %. Pada
persentase tepung tulang rawan sapi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(p>0.05). Interaksi perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(p>0.05) terhadap organoleptik rasa.