Abstract:
Sejarah adanya makan nasi hadap-hadpan awalnya karena kehidupan di masa lalu
kalangan bangsa Melayu sangat islami, menikahkan anak mereka dengan cara
perjodohan dan perkenalan keluarga lewat tradisi makan nasi hadap-hadapan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna simbol yang terkandung
pada acara makan nasi hadap-hadapan dalam upacara perkawinan adat Melayu
Tanjungbalai. Unsur dan rangkaian acara yang terdapat di dalam prosesi makan
nasi hadap-hadapan tersebut memiliki arti dan inilah yang membuat penulis
tertarik untuk meneliti komunikasi yang terjadi di dalam acara makan nasi hadaphadapan
tersebut. Unsur yang di teliti adalah interaksi simbolik dengan simbolsimbol
hidangan,duduk
pengantin,
juru
bicara
dan
lainnya.
Simbol
hidangan
yang
artinya
kehidupan rumah tangga dihadapkan dnengan berbagai macam pilihan.
Simbol duduk pengantin yang artinya wanita berasal dari tulang rusuk laki-laki.
Dan simbol juru bicara yang artinya adalah untuk mensukseskan jalannya acara.
Hasil penelitian menemukan bahwa adanya pergeseran simbol yang terdapat pada
tradisi makan nasi hadap-hadapan pada etsnis Melayu di Tanjungbalai dimana
yang dulunya etnis Melayu menggunakan nasi kuning tetapi sekarang sudah boleh
menggunakan nasi apa saja, contohnya nasi goreng atau nasi putih. Pada simbol
juru bicara ternyata tidak ada kriteria khusus siapa saja boleh menjadi juru bicara
selama dia mengerti dan faham tentang rangkaian acara tersebut. Peneliti
menggunakan teori interaksi simbolik yang di kemukakan oleh Herbert Blumer
yang berpendapat bahwa manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan
orang lain kepada mereka.