Abstract:
Penelitian ini dilatar belakangi pentingnya strategi komunikasi organisasi Arih
Ersada dalam meningkatkan solidaritas masyarakat terdampak penetapan hutan
produksi tetap dan pembangunan bendungan Lau Simeme di enam desa, yakni
Desa Marinding Julu, Rumah Gerat, Sari Laba Jahe, Penen, Peria-ria dan Kuala
Dekah Kecamatan Biru-biru, Kabupaten Deli Serdang. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisa strategi komunikasi organisasi Arih Ersada yang
digunakan serta kelebihan dan kekurangan strategi tersebut dalam meningkatkan
solidaritas masyarakat terdampak hutan produksi dan bendungan Lau Simeme.
Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif. Metode penelitian yang
digunakan adalah dekriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan menggunakan wawancara dengan
narasumber, observasi partisipan dan melakukan Fokus Grup Diskusi (FGD).
Informan dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 4 orang setelah ditemukan data
jenuh dalam wawancara. Penelitian dilakukan sejak bulan Januari-Juni 2019.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan Arih
Ersada berupa arih-arih (musyawarah), muat ukur sinterem (merangkul
masyarakat), muat ingan ciau (cari suaka/bantuan), radu untung (negosiasi) dan
ngerumahi silepus (evaluasi). Strategi komunikasi milik Arih Ersada ini tercipta
secara alamiah berdasarkan filosofi masyarakat Karo, dan disesuaikan dengan
kebutuhan dalam menangani persoalan hutan produksi dan bendungan Lau
Simeme. Strategi komunikasi yang dilakukan Arih Ersada, maka solidaritas
masyarakat meningkat. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari dua indikator.
Pertama, kesadaran kolektif, dimana adanya kemauan masyarakat untuk
berkumpul bersama dan bergotongroyong menyiapkan waktu, lokasi maupun
konsumsi untuk pertemuan mereka menindaklanjuti persoalan yang sedang
dihadapi. Kedua, tingkat homogenitas yang tinggi, yang ditunjukkan dengan
adanya keterikatan dalam aturan dan rasa kebersamaan masyarakat untuk
mencapai tujuan melalui Arih Ersada.