Abstract:
Riska Ramadhani Tanjung “Formulasi Jelly Candy Roll Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) dan Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) Dengan
Penambahan Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum)”. Dibimbing
oleh Bapak Misril Fuadi, S.P., M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan selaku
anggota komisi pembimbing Ibu Masyhura MD, S.P., M.Si.
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia
untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi
(karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama
manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.
Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan keluar
yang saat ini dianggap paling baik untuk memecahkan masalah dalam pemenuhan
kebutuhan pangan. Melalui penataan pola makan yang tidak hanya bergantung
pada satu sumber pangan memungkinkan masyarakat dapat menetapkan pangan
pilihan sendiri, sehingga dapat membangkitkan ketahanan pangan keluarga
masing-masing yang berujung pada peningkatan ketahanan pangan secara
nasional. Konsep penganekaragaman pangan yang dianggap benar adalah upaya
untuk meningkatkan mutu gizi makanan keluarga sehari-hari dengan cara
menggunakan bahan-bahan makanan yang beragam dan terdapat di daerah yang
bersangkutan, sehingga ketergantungan kepada salah satu bahan pangan terutama
beras dapat dihindari. Permen jelly merupakan permen yang terbuat dari komponen air atau sari
buah, flavour, gula dan bahan pembentuk gel. Permen jelly termasuk makanan
yang tergolong pangan semi basah yang memiliki kadar air sekitar 10-40%.
i
Permen jelly merupakan permen yang terbuat dari sari buah serta penambahan
bahan pembentuk gel yang memiliki penampakan yang jernih dan transparan
dengan tekstur yang kenyal. Permen jelly adalah permen yang memiliki tekstur
lunak dimana dalam proses pembuatannya ditambahkan komponen hidrokoloid
seperti agar, gum, pektin, pati, karagenan, gelatin, dan lainnya dengan tujuan
untuk menghasilkan produk yang bertekstur kenyal.
Tanaman belimbing wuluh telah banyak dimanfaatkan sebagai obat
tradisional. Pemanfaatan tersebut disebabkan adanya kandungan kimia alami yang
terkandung pada belimbing. Kandungan bahan kimia alami yang terdapat pada
buah belimbing wuluh dimana telah diketahui mempunyai efek antibakteri yaitu,
flavonoid dan fenol. Sehingga pada penelitian kali ini pemanfaatan belimbing
wuluh diproduksi menjadi permen jelly. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap
(RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan dua kali ulangan. Faktor I
adalah konsentrasi ekstrak jahe merah (J) terdiri dari 4 taraf yaitu J1 = 5%, J2 =
10%, J3 = 15%, J4 = 20%, Faktor II : konsentrasi HFS (F) yang terdiri dari 4 taraf
yaitu F1 = 7%, F2 = 9%, F3 = 11%, J4 = 13%. Parameter yang diamati adalah kadar
gula reduksi, kadar abu, kadar air, total asam, TSS, organoleptik rasa dan
organoleptik tekstur. Hasil analisa secara statistik pada masing-masing parameter
memberikan kesimpulan sebagai berikut.
Kadar Gula Reduksi
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa penambahan
ekstrak jahe merah pada permen jelly memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap parameter kadar gula reduksi. Nilai tertinggi terdapat pada
ii
iii
perlakuan J4 = 12,15% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan J1 = 9,02%.
Pada penambahan konsentrasi HFS memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap parameter kadar gula reduksi. Nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan F4 = 11,13% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan F1 = 10,09%.
Interaksi perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0,05)
terhadap kadar pati.
Kadar Abu
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa penmbahan
ekstrak jahe merah pada permen jelly memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap parameter kadar abu. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan J4 = 2,77% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan J1 = 1,27%. Pada penambahan
konsentrasi HFS memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap
parameter kadar abu. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan F4 = 2,31% dan nilai
terendah terdapat pada perlakuan F1 = 2,00%. Interaksi perlakuan memberikan
pengaruh yang berbeda tidak nyata (p<0,05) terhadap kadar abu.
Kadar Air
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa penambahan
ekstrak jahe merah pada permen jelly memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap kadar air. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan J4 = 14.08%
dan nilai terendah terdapat pada perlakuan J1 = 9,82%. Pada penambahan
konsentrasi HFS memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap
parameter kadar air. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan F4 = 12.23% dan nilai
terendah terdapat pada perlakuan F1 = 11.49%. Interaksi perlakuan memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap kadar air.
Total Asam
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa penambahan
ekstrak jahe merah pada permen jelly memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap total asam. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan J4 = 17,49%
dan nilai terendah terdapat pada perlakuan J1 = 14,54%. Pada penambahan
konsentrasi HFS memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap
parameter total asam. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan F1 = 16,40% dan
nilai terendah terdapat pada perlakuan F4 = 15,68%. Interaksi perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (p<0,05) terhadap total asam.
TSS (Total Padatan Terlarut)
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa penambahan
ekstrak jahe merah pada permen jelly memberikan pengaruh yang berbeda tidak
nyata (p<0,05) terhadap TSS. Pada penambahan konsentrasi HFS memberikan
pengaruh berbeda sangat nyata (p<0,05) terhadap TSS. Nilai tertinggi dapat
dilihat pada perlakuan F4 = 16,88 ºBrix dan nilai terendah terdapat pada perlakuan
F1 = 14,38 ºBrix. Interaksi perlakuan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap TSS.
Organoleptik Rasa
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa penambahan
ekstrak jahe merah pada permen jelly memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata (p<0,01) terhadap organoleptik rasa. Nila tertinggi dapat dilihat pada
iv
v
perlakuan J3 = 3,21% dan nilai terendah terdapat pada prlakuan J1 = 2,69%. Pada
penambahan konsentrasi HFS memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap organoleptik rasa. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan
F4 = 3,19% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan F1 = 2,65%. Interaksi
perlakuan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (p<0,01) terhadap
organoleptik rasa.
Organoleptik Tekstur
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 7) dapat dilihat bahwa penambahan
ekstrak jahe merah pada permen jelly memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata (p<0,01) terhadap organoleptik tekstur. Nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan J4 = 3,30% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan J1 = 2,90%. Pada
penambahan konsentrasi HFS memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap organoleptik tekstur. Nilai tertinggi dapat dilihat pada
perlakuan F4 = 3,48% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan F1 = 2,84%.
Interaksi perlakuan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (p<0.01) terhadap
organoleptik tekstur.