Abstract:
Pada masa menjelang kampanye pemilu presiden tahun 2013, hasil riset
Lembaga Demokrasi Bertanggung jawab (LDB) menyebutkan Jokowi
sebagai calon presiden dengan nilai komunikasi politik terbaik. Beberapa
variabel yang dipakai dalam mengukur komunikasi politik pada riset itu
adalah konteks komunikasi, penampilan, pesan, bahasa non verbal,
kualitas suara dan selera humor. Pada penelitian ini penulis menggunakan
metode deskriptif kualitatif . Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk
memahami sebuah fenomena secara mendalam dengan mengamati serta
mempelajari subjek yang berada dalam lingkungan dasarnya. Pada
penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya akan berbentuk
teks, gambar, atau audio serta analisis data yang dilakukan secara
interpretatif untuk mempelajari makna pada data-data tersebut. Jenis
penelitian semiotika adalah penelitian penanda dan petanda dan digunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil Analisis data dalam
penelitian ini mengacu pada fokus penelitian yaitu analisis semiotika
berdasarkan teori Ferdinand De Saussure yang terdiri dari analisis signifier
( penanda ) atau signified ( petanda ), dalam penyampaian presiden jokowi
tentang presiden boleh berkampanye, melihat dari gaya bahasa, makna,
komunikasi nya dan maksud dari perkataan yang disampaikannya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, bahwa penanda dan petanda
merupakan satu kesatuan dari tanda. Penanda yang berupa bentuk
sedangkan petanda merupakan konsep. Dengan demikian, keduanya akan
membentuk sebuah tanda yang memiliki arti atau makna. Memaknai
sebuah tanda melalui pemaknaan pada dua hal, yakni signifier (penanda)
dan signified (petanda).