Abstract:
Keterbatasan data radiasi sinar matahari dari stasiun meteorologi di berbagai
lokasi di Indonesia karena data hanya dimilik oleh beberapa lokasi serta tidak
merata di seluruh Indonesia membuat pemikiran untuk mencari pendekatan secara
empiris yaitu perhitungan secara matematika untuk mengetahui hubungan radiasi
matahari dengan data-data atau parameter meteorologi, astronomi dan geografi
yang lebih mudah diperoleh. Perhitungan intensitas radiasi matahari di Kota Medan
dihitung dengan pendekatan matahari berdasarkan posisi lintang dan ketinggian
dari permukaan laut. Metode analisis regresi linear ganda yang digunakan untuk
mengetahui korelasi antara parameter cuaca dengan intensitas radiasi matahari
adalah analisis regresi linear ganda. Namun, setiap data cuaca diolah kembali
dengan menggunakan metode Weibull dan Rayleigh untuk mendapatkan data
frekuensi masing – masing variabel. Perhitungan potensi PLTS atap dilakukan
dengan pemetaan yang membutuhkan data intensitas radiasi matahari global dengan
satuan (Watt/m2
) beserta luas atap tersedia yang memiliki satuan (m2
). Rata – rata
tahunan intensitas radiasi matahari (W/m2
) di Kota Medan adalah 463,61 W/m2
dimana kecamatan dengan nilai intensitas radiasi matahari tertinggi adalah Medan
Tuntungan yaitu, 479,81 W/m2
dan intensitas radiasi matahari terkecil adalah di
kecamatan Medan Belawan 438,77 W/m2
. Parameter cuaca yang mempengaruhi
keluaran radiasi matahari di Kota Medan berdasarkan analisis regresi linear ganda
adalah suhu udara, kelembapan, curah hujan dan lamanya penyinaran matahari.
Daya keluaran yang dapat dihasilkan jika seluruh permukiman wilayah Kota Medan
dipasangkan pembangkit listrik tenaga surya model rooftop adalah sebesar 748,57
MW (monokristalin) atau 598,85 MW (polikristalin), atau 299,43 MW (thin film).
Kecamatan Medan Deli adalah kecamatan yang menghasilkan daya keluaran
terbesar dengan 62,81 MW (monokristalin) atau 50,25 MW (polikristalin), atau
25,12 MW (thin film).