Abstract:
Kondisi harga sembako yang terjadi di beberapa pasar Kota Tebing Tinggi bahwa
ke-naikan harga barang dalam kondisi tertentu seperti menjelang bulan puasa
hingga hari raya Idul Fitri dan hari Natal atau tahun baru menjadikan harga bahan
pokok naik secara drastis bahkan menyebabkan masyarakat ekonomi lemah dan
terpaksa harus menerimanya meskipun kondisi ekonomi mereka tidak siap
menerima kenyataan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif, karena menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya., Pendekatan ini
juga dihubungkan dengan variabel penelitian yang memfokuskan pada masalah masalah terkini dan fenomena yang sedang terjadi pada saat sekarang dengan
bentuk hasil penelitian. Populasi yang digunakan sebagai penelitian adalah
masyarakat Lingkungan III,IV,VI sebanyak 300 kepala keluarga, sedangkan
sampel penelitian ini berjumlah 30 responden kepala keluarga. Berdasarkan hasil
penelitian Masyarakat Lingkungan III,IV,VI Kelurahan Mandailing, Kecamatan
Tebing Tinggi Kota mengetahui adanya kenaikan harga tersebut namun tidak
banyak yang tau tentang penyebab terjadinya kenaikan harga tersebut. masyarakat
tau juga adanya pihak yang menimbun sembako agar mendapatkan untung dari
fenomena tersebut. Masyarakat juga terlalu hectic dengan sembako sehingga
terjadinya Panic Buying, hal itu juga menjadi faktor peningkatan kenaikan
harga.Masyarakat merasa kebutuhan mereka masih belum cukup untuk memenuhi
suatu kebutuhan. Opini masyarakat tentang kenaikan harga sembako timbul
karena adanya kepercayaan, yaitu tentang fenomena kenaikan harga sembako
yang masyarakat Lingkungan III,IV,VI Kelurahan Mandailing, Kecamatan Tebing
Tinggi Kota terkena dampak dari fenomena tersebut. Nilai, yaitu tentang adanya
pihak penimbun sembako di masyarakat itu sendiri. Pengharapan yaitu tentang
jika fenomena kenaikan harga sembako, masyarakat harus mengantisipasi agar
tidak terjadi fenomena tersebut.