Abstract:
Konflik etnis yang sering terjadi secara luas di Indonesia, selama bertahun-tahun
khususnya terjadi pada etnis Tionghoa terkait dengan polaritas Pribumi dan non
Pribumi.Sejarah sosial negara Indonesia menuliskan bahwa etnis Tionghoa adalah
kumpulan etnis yang selalu menjadi sasaran penghinaan, prasangka, diskriminasi, dan
kambing hitam atas berbagai kegagalan kebijakan sosial, ekonomi dan politik penguasa.
Generasi-generasi selanjutnya dari kedua kelompok ini (etnis Tionghoa dan etnis Pribumi),
memperoleh kebencian mereka melalui proses sosialisasi di dalam kelompok tersebut.
Kemudian, perasaan tidak suka inimengalami penguatan melalui beberapa kesempatan
yang dia lihat atau alami sendiri. Namun saat ini kondisi hubungan sosial telah berubah,
terbukti dengan banyaknya etnis Tionghoa yang hidup berdampingan dalam lingkungan
yang sempit atau dalam lingkungan yang luas dengan masyarakat pribumi. Bahkan
sebagian dari etnis Tionghoatelah menjadi otoritas provinsi dan publik. Jelas ini
menunjukkan bahwa ada kerukunan dalam bertetangga antara etnis Tionghoa dengan
Pribumi.Kerukunan bertetangga adalah salah satu hasil dari Interaksi Sosial yang berjalan
dengan baik. Walaupun saat ini komunikasi sosial antara Tionghoa dan Pribumi dipandang
berjalan baik, namun masih ada hal-hal buruk yang ditimbulkan khususnya semakin
melebarnya jurang pemisah antara etnis Tionghoa dan pribumi, karena mereka merasakan
bahwa pencapaian itu sebagai tidak terimanya mereka sebagai warga masyarakat
setempat,sehingga hal tersebut melatar belakangi terjadinnya penutupnya diri dikalangan
Etnis Tionghoa. Ada beberapa kecenderungan yang dimiliki oleh etnis Tionghoa, yaitu
etnis Tionghoa lebih mementingkan niat berprestasi, pemenuhan kapasitas individu
dibandingkan dengan alasan dalam membangun persahabatan.Oleh sebab itu, timbulah
hambatan komunikasi antara entis Tionghoa dan Pribumi yang menyebabkan kurangnya
kerjasama sosial yang bersahabat dan menyenangkan.