Abstract:
Gempa bumi (earth quake) adalah suatu gejala fisik yang ditandai dengan bergetarnya
bumi dengan berbagai intensitas. Terjadinya gempa salah satunya disebabkan oleh
pelepasan energi didalam bumi yang ditandai secara tiba-tiba dengan pergerakan
lapisan batuan pada lempeng tektonik (segmen keras kerak bumi) atau juga bisa disebut
dengan gempa tektonik. Hal itu yang menyebabkan Indonesia masuk kedalam
wilayah zona gempa. Akibat daripada itu diperlukan bangunan-bangunan gedung
yang fleksibel sangat dibutuhkan di wilayah area rawan gempa. Dalam hal tersebut
struktur baja sangat direkomendasikan karena struktur baja lebih elastis
dibandingkan dengan struktur beton bertulang. Pada tugas akhir ini direncakan 3
model struktur 4, 8, dan 16 lantai yang dimodelkan terhadap 3 jenis metode
modifikasi penskalaan rekaman gempa yaitu metode PGA, metode RSA T1, dan
metode Spectral Matching untuk analisis linier dan analisis non linier. Dari hasil
analisis yang didapatkan dari hasil memodelkan struktur baja dengan kondisi tanah
sedang (R=8) terhadap gempa tunggal didapatkan nilai interstory drift dimana hasil
metode modifikasi penskalaan RSA T1 lebih dominan dibandingkan dengan nilai
penskalaan Spectral Matching atau PGA pada hasil linier dan nilai interstory drift
hasil metode modifikasi penskalaan Spectral Matching dapat bersaing dengan nilai
penskalaan RSA T1 pada hasil nonlinier. Hasil analisis juga didapatkan nilai
simpangan inelastic (ρ-ratio) untuk interstory drift dan top displacement dimana
rasio nilai terbesar pada penskalaan Spectral Matching adalah 3,1457 untuk
interstory drift dan 1,6607 untuk top displacement lebih dominan dibandingkan
dengan rasio nilai penskalaan RSA T1 atau PGA.