Abstract:
Pembangunan jembatan kereta api di Stasiun Baja Linggei merupakan suatu
konstruksi re-design dikarenakan adanya peningkatan kelas jalan. Salah satu faktor
penting yang mempengaruhi suatu konstruksi adalah kemungkinan terjadinya
gempa yang dapat mempengaruhi kondisi struktur tersebut. Dalam
perencanaannya, pier berperan penting untuk meminimalisir bencana gempa yang
terjadi. Pier merupakan elemen penting dari suatu struktur bawah jembatan yang
berfungsi untuk menyalurkan beban struktur atas jembatan menuju pondasi
jembatan yang kemudian diteruskan ke tanah dasar. Perencanaan beban pada
jembatan dapat dianalisis menggunakan software aplikasi jembatan yang akan
menghasilkan kombinasi pembebanan yang mengakibatkan timbulnya gaya reaksi
dan gaya gempa yang diterima. Struktur jembatan kereta api direncanakan dengan
menggunakan void slab girder. Jembatan memiliki panjang 77 meter dan lebar 9,7
meter, direncanakan jembatan memiliki 5 span dengan panjang masing-masing
span 15 meter. Perencanaan jembatan kereta api ini mengacu pada PM No. 60
Tahun 2012, peraturan pembebanan menggunakan SNI 1725:2016 dan peraturan
tentang beban gempa menggunakan SNI 2833:2016. Pada tugas akhir ini, penulis
membandingkan besarnya nilai kekakuan, gaya gempa dan lendutan yang terjadi
pada pier dengan model double column, dinding, dan bulat. Perencanaan pier
jembatan kereta api mengacu pada nilai kekakuan double column pier, yang mana
wall pier dan pier bulat memiliki selisih nilai kekakuan yang tidak lebih dari 5%
nilai kekakuan pada double column pier. Analisis struktur ketiga model jembatan
ini menggunakan program software khusus menghitung jembatan. Dari hasil yang
diperoleh penulis menyimpulkan bahwa pier double column adalah yang paling
efektif untuk digunakan dari segi kekakuan dan gaya gempa, sedangkan pier bulat
paling efektif dari segi lendutan. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk dan dimensi
masing-masing pier