dc.description.abstract |
Kegiatan bernalar khususnya dalam pembelajaran matematika merupakan hal
yang penting dalam pengambilan keputusan, hal ini memberikan kontribusi
untuk orang yang berpikir kritis menjadi lebih mudah cepat memahami
konsep,prinsip atau prosedur serta memiliki kepercayaan yang tinggi dan
mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan
penalaran, berpikir kritis matematis dan self determination siswa antara model
Problem Posing dan Discovery Learning. Rancangan penelitian non equivalent
control group pretes- posttes terhadap siswa kelas XII MIA1 dan XII MIA 3 SMA
N 1 kutalimbaru dengan menerapkan model problem posing dan discovery
learning pada kedua kelas tersebut. Hal ini dikarenakan kemampuan penalaran,
berpikir kritis serta self determination siswa masih rendah. Data dalam penelitian
ini bersifat data kuantitatif, alat pengumpul data adalah tes dan nontes yang
dianalisis secara statistic. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa rerata
skor posttest kemampuan penalaran matematis siswa di kelas pembelajaran
problem posing lebih tinggi daripada siswa di kelas pembelajaran discovery
learning. Sedangkan rerata skor posttest kemampuan berpikir kritis dikelas
problem posing lebih rendah daripada siswa di kelas Discovery learning. Dan
hasil analisis uji thit (penalaran = 0,456 dan berpikir kritis = 0,545serta self
determination = 0,586) Ini berarti nilai sig > 0,005 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan penalaran, berpikir kritis matematis
dan self determination siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran
problem posing dan discovery learning, namun secara matematis nilai rata-rata
kemampuan penalaran matematis siswa berbeda. Selanjutnya berdasarkan hasil
analisis (ANAVA dan Uji Kruskall Wallis) dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh interaksi terhadap kemampuan penalaran, berpikir kritis dan
self determination siswa yang diajarkan dengan model problem posing dan
discovery learning. |
en_US |