Abstract:
Dalam beberapa tahun terakhir, industri perfilman Indonesia menunjukkan tren
yang menarik, yakni meningkatnya produksi film yang mengusung tema, estetika,
atau gaya penceritaan yang terinspirasi dari drama dan budaya Korea Selatan. Hal
ini terlihat dari sejumlah film nasional yang mengadaptasi atau mengadopsi elemen
Korea, seperti Sweet 20 (2017), Sunyi (2019), Bebas (2019), dan Miracle in Cell
No. 7 (2022). Film-film tersebut berhasil memperoleh sambutan hangat dari publik.
Namun, keberhasilan tersebut tidak berlaku bagi film-film Indonesia dengan cerita
orisinal yang bertemakan Korea. Salah satu contohnya adalah film Cinta Tak
Seindah Drama Korea (2024), yang gagal meraih kesuksesan di pasar domestik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana faktor penyebab
kegagalan film Indonesia bertema korea di pasar domestik, khusus nya film Cinta
Tak Seindah Drama Korea. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif deskriptif, dengan jenis penelitian studi kasus menggunakan
teori analisis resepsi digital dan dikategorisasikan strategi promosi model AIDA.
Hasil dari penelitian menunjukkan film Cinta Tak Seindah Drama Korea
mengalami kegagalan dalam membangun komunikasi efektif dengan audiensnya,
baik secara naratif, emosional, maupun pemasaran.