Abstract:
Batu bata telah lama menjadi material utama dalam industri konstruksi, namun
proses pembakaran pada pembuatan bata konvensional menghasilkan polusi udara
serta emisi karbon yang tinggi. Oleh karena itu, pengembangan bata tanpa bakar
menjadi salah satu alternatif yang lebih ramah lingkungan. Dalam penelitian ini
digunakan tanah silt sebagai bahan dasar karena teksturnya yang halus, meskipun
memiliki kelemahan berupa daya dukung rendah. Untuk mengatasi kekurangan
tersebut, ditambahkan serbuk cangkang telur (SCT) sebagai bahan substitusi
sebagian semen. SCT dipilih karena kandungan kalsium karbonatnya yang tinggi
sehingga berpotensi menjadi pengikat alami, sekaligus memanfaatkan limbah
organik yang jumlahnya melimpah. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dengan metode
eksperimental menggunakan 36 sampel bata dalam empat variasi campuran: kontrol
(15% semen), 10% semen + 5% SCT, 5% semen + 10% SCT, serta 15% SCT tanpa
semen. Pengujian yang dilakukan meliputi massa jenis, kadar garam, penyerapan
air,
kuat tekan, daya tahan, serta konduktivitas termal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bata kontrol memiliki kualitas terbaik dengan kuat tekan 8,09
MPa dan penyerapan air 19,2%. Penambahan SCT justru menurunkan kuat tekan
menjadi 2,90–3,97 MPa serta meningkatkan penyerapan air melebihi standar SNI,
meskipun mampu menurunkan nilai konduktivitas termal. Dengan demikian, SCT
dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan ramah lingkungan, namun
penggunaannya perlu dibatasi agar tidak menurunkan kualitas fisik dan mekanik
bata.