Abstract:
Latar Belakang: Peripheral Blood Mononuclear Cells (PBMC) sering digunakan
dalam penelitian imunologi, toksikologi, dan onkologi. Aktivitas mitokondria
merupakan indikator penting dalam menilai kesehatan sel PBMC, yang dapat
diukur melalui pewarnaan JC-1. Pemilihan media kultur berpengaruh terhadap
viabilitas dan fungsi sel. Penelitian ini bertujuan membandingkan efektivitas dua
media kultur umum, RPMI 1640 dan DMEM, terhadap potensial membran
mitokondria PBMC. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental analitik dengan
desain post test only control group. Sampel PBMC diisolasi dari 5 mL darah vena
manusia, dikultur dalam media RPMI dan DMEM selama 24 jam, lalu diberi
pewarna JC-1. Pengamatan dilakukan pada lima titik lapangan pandang setiap well
menggunakan mikroskop fluoresensi ZOE. Analisis data mencakup uji normalitas
(Shapiro-Wilk) dan uji Independent T-Test. Hasil: Jumlah sel PBMC hidup
sebanyak 3 juta sel diperoleh dari 5 mL darah. Setelah dikultur, sel dalam kondisi
baik dan menempel di permukaan well. Hasil pewarnaan JC-1 menunjukkan
aktivitas mitokondria yang baik pada kedua media, dengan kecenderungan
fluoresensi merah lebih tinggi pada RPMI. Namun, uji statistik menunjukkan tidak
ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok (p = 0,072). Nilai power statistik
sebesar 0,45, menandakan kekuatan uji yang rendah. Pembahasan: Meskipun hasil
tidak signifikan secara statistik, RPMI menunjukkan potensi mendukung
mitokondria PBMC lebih baik dibandingkan DMEM. Namun, DMEM tetap efektif
digunakan, khususnya untuk kultur jangka pendek dan lebih ekonomis.
Kesimpulan: Baik RPMI maupun DMEM mampu mempertahankan aktivitas
mitokondria PBMC. DMEM dapat menjadi alternatif apabila RPMI tidak tersedia,
khususnya dalam konteks penelitian jangka pendek.