Abstract:
Ferosemen merupakan material komposit yang kuat, ekonomis, dan tahan api,
terdiri dari semen, pasir, air, dan kawat. Teknologi ferosemen telah berkembang
pesat di Indonesia, digunakan dalam berbagai aplikasi mulai dari bangunan tepi
pantai hingga irigasi dan rumah pracetak. Penelitian ini berfokus pada peningkatan
kekuatan lentur ferosemen melalui penambahan fly ash sebagai bahan pozzolan dan
serat buah pinang sebagai tulangan alami. Fly ash, limbah industri pembakaran
batubara, dikenal dapat meningkatkan sifat mekanik beton dan mengurangi dampak
lingkungan. Serat buah pinang, serat alam yang lentur dan kuat, memiliki potensi
sebagai penguat komposit. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental
laboratorium, dengan pengujian kuat tekan mortar menggunakan kubus 5x5x5 cm
dan pengujian kuat lentur ferosemen menggunakan balok 24x6x2,5 cm. Variasi fly
ash yang digunakan adalah 10%, 15%, 20%, dan 25% dari berat semen, sedangkan
variasi serat buah pinang adalah 0,25%, 0,5%, 0,75%, dan 1% dari volume mortar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan fly ash secara signifikan
meningkatkan kekuatan tekan mortar, dengan kadar 25% fly ash mencapai kuat
tekan maksimum 21,574 MPa dibandingkan mortar normal 13,729 MPa.
Penambahan serat buah pinang pada mortar fly ash juga meningkatkan kuat tekan,
mencapai 19,613 MPa pada kadar 1%. Namun, pengujian kuat lentur ferosemen
menunjukkan penurunan signifikan. Ferosemen normal + kawat memiliki kuat
lentur 0,208 MPa, sementara ferosemen dengan 25% fly ash dan 1% serat buah
pinang + kawat menurun menjadi 0,104 MPa. Penurunan ini berlanjut pada
lapisan reinforcement 10%, 12%, dan 15%, mencapai 0,067 MPa pada lapisan
15%. Penurunan kuat lentur ini diindikasikan karena sifat serat buah pinang yang
mudah rapuh dan menyusut, serta kemampuannya menyerap air. Meskipun serat
buah pinang dapat meningkatkan daya tahan terhadap retak, perlu penelitian lebih
lanjut untuk menemukan proporsi optimal yang tidak mengorbankan kekuatan
lentur. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan material konstruksi yang
lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah
industri dan sumber daya lokal.