dc.description.abstract |
Untuk merencanakan suatu anggaran proyek, estimator harus mempunyai pedoman
metode yang ekonomis dan jelas berlaku di Indonesia. Keuntungan yang diperoleh
Seorang Estimator tergantung pada kecakapannya membuat perkiraan biaya. Bila
penawaran harga yang diajukan di dalam proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan
besar Estimator akan mengalami kekalahan. Sebaliknya bila memenangkan lelang
dengan harga terlalu rendah, akan mengalami kesulitan dibelakang hari oleh karena
itu perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelengaraan proyek untuk
merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja,
pelayanan maupun waktu. Di Indonesia terdapat metode untuk merencanakan harga
satuan biaya anggaran proyek yaitu AHSP 2023 dan SNI 2018. Kontraktor
umumnya membuat harga penawaran berdasarkan analisa yang tidak seluruhnya
berpedoman pada analisa AHSP 2023 maupun SNI 2018. Pada kesempatan kali ini
peneliti melakukan penelitian pada proyek penanganan longsoran PPK 3.1 Provinsi
Sumatera Utara. Tujuan dilakukannya penelitian pada proyek ini, adalah untuk
mengetahui perhitungan biaya dengan menggunakan metode AHSP 2023 dan
metode SNI 2018 serta perbedaan dan selisih yang dihasilkan dengan dua metode
tersebut. Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap biaya ternyata biaya
berdasarkan
metode SNI 2018 lebih mahal 3,64% yaitu sebesar
Rp1.008.485.143,00 dari AHSP 2023 dengan nilai Rp971.786.292,00. Hal ini
dikarenakan pada biaya pekerjaan bekisting diluar dari harga beton itu sendiri dan
indeks pekerjaan pada SNI 2018 lebih besar sehingga biaya juga lebih besar |
en_US |