Abstract:
Isu pemaknaan gender dalam industri media televisi di era digital, mempengaruhi
pengalaman dan pemaknaan identitas jurnalis perempuan. Komunikasi restoratif
merupakan pendekatan dalam mengatasi konflik dan membangun hubungan yang
dilakukan perusahaan untuk memberi dukungan kepada para jurnalis perempuan
televisi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalis bagaiamana peran komunikasi
restoratif pada pemaknaan gender perempuan dalam kelompok jurnalis di era
digital. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui hasil observasi, wawancara
terstruktur dengan 5 (lima) jurnalis perempuan serta 1 (satu) ketua tim berita yang
bekerja dari berbagai stasiun televisi berbeda dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pemaknaan identitas gender oleh jurnalis perempuan televisi
sangat beragam, dipengaruhi oleh pengalaman individu di lingkungan kerja, dan
interaksi sosial. Jurnalis perempuan masih menghadapi tantangan berupa stereotip,
disksriminasi serta kekerasan berbasis gender, baik di ruang fisik maupun digital.
Namun, identitas gender juga dipahami sebagai modal asocial yang dapat
memperkuat pendekatan kerja jurnalis perempuan, terutama dalam situasi yang
menuntut empati dan kepekaan. Komunikasi restoratif dari perusahaan dalam
bentuk mekanisme pelaporan yang aman, dukungan hukum, bimbingan
professional dan penyediaan fasilitas kerja yang memadai, memberikan korelasi
positif dalam pemberdayaan jurnalis perempuan. Meskipun demikian, tantangan
tantangan terkait bias gender dan budaya patriarki yang masih dirasakan, dengan
begini efektivitas komunikasi restoratif sangat bergantung pada implementasi yang
konsisten dan budaya kerja yang terbuka. Disimpulkan bahwa komunikasi
restoratif berperan penting dalam membentuk lingkungan kerja yang adil dan
memberikan rasa aman serta dukungan bagi jurnalis perempuan.