Research Repository

Analisis wacana kritis Norman Fairclough cerpen jangan panggil aku katua karya Yulhasni

Show simple item record

dc.contributor.author Juliza, Maulida
dc.date.accessioned 2020-11-10T08:14:04Z
dc.date.available 2020-11-10T08:14:04Z
dc.date.issued 2018-03-26
dc.identifier.uri http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/9924
dc.description.abstract Analisis wacana kritis (AWK) merupakan salah satu pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana yang memandang kekuasaan-kekuasaan selalu terlibat pada pembentukan subjek yang direpresentasikan dalam bahasa. Model AWK yang digunakan dalam skripsi ini ialah analisis wacana kritis Norman Fairclough. Analisis wacana kritis yang umumnya menganalisis teks media juga dapat dilakukan untuk menganalisis karya sastra termasuk cerpen. Cerpen yang dianalisis dengan analisis wacana Norman Fairclough ini adalah cerpen Jangan Panggil Aku Katua karya Yulhasni yang tersaji dalam buku Kumpulan Cerpen Bunga Layu di Bandar Baru tahun 2015 yang diterbitkan oleh Penerbit Koekoesan. Di dalam analisis wacana Norman Fairclough ini diteliti teks, discourse practice, dan sociocultural practice. Melalui metode deskriptif akhirnya ketiga aspek analisis wacana Norman Fairclough tersebut dapat terjawab. Pada bagian teks peneliti dapat menemukan tiga elemen dasar dalam model Norman Fairclough, yakni unsur representasi, relasi dan identitas dalam cerpen Jangan Panggil Aku Katua. Pada unsur representasi terbagi menjadi tiga bagian yaitu representasi dalam anak kalimat yang terdiri dari dua tingkatan yaitu kosakata (vocabulary) dan tatabahasa (grammar) yang menampilkan bagaimana anak kalimat di dalam cerpen menggambarkan suatu realitas dan bagaimana anak kalimat dalam cerpen menampilkan sosok Katua selaku aktor sebagai korban pemberitaan ataupun sebagai penyebab, representasi dalam kombinasi anak kalimat yang terbagi atas bentuk elaborasi, perpanjangan dan mempertinggi yang menampilkan anak kalimat dalam cerpen yang menimbulkan makna koherensi atau mengandung ideologi pada anak kalimat tersebut serta representasi dalam rangkaian antarkalimat yang terdiri dari kalimat dalam cerpen Jangan Panggil Aku Katua yang digabung sehingga didapat anak kalimat yang lebih menonjol dan menghasilkan makna dan reaksi. Pada unsur relasi teks meneliti pihak-pihak yang berhubungan dengan Katua dalam cerpen Jangan Panggil Aku Katua. Pada unsur identitas teks meneliti tentang bagaimana situasi pembaca jika diposisikan pada tokoh Katua dan seorang pria muda dalam cerpen Jangan Panggil Aku Katua. Pada bagian discourse practice meneliti proses produksi dan konsumsi teks cerpen yang terbias dari profesi dan konteks kehidupan Yulhasni sebagai pengarang serta pandangannya sehingga cerpen ini dihadirkan. Pada bagian sociocultural practice terbagi menjadi tiga level yakni situasional, institusional, dan sosial yang meneliti bagaimana kesesuaian situasi dan keterkaitan antara sistem kultur pada konteks dan latar dalam cerpen yang merupakan kota Medan dan penggunaan kata „Katua‟ sebagai sebutan untuk seseorang yang dianggap sebagai pemimpin dengan konteks dan latar di kota Medan yang sesungguhnya. en_US
dc.subject wacana kritis en_US
dc.subject cerpen en_US
dc.title Analisis wacana kritis Norman Fairclough cerpen jangan panggil aku katua karya Yulhasni en_US
dc.type Thesis en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Browse

My Account