dc.description.abstract |
Kebutuhan akan bangunan tahan gempa merupakan sebuah hal yang harus
terpenuhi, khususnya untuk daerah-daerah dengan tingkat kerawanan gempa tinggi
seperti di Indonesia. Dalam hal ini struktur harus di desain dengan metode (Strong
Coloumn Weak Beam) atau kolom kuat balok lemah. Disini dimaksudkan agar
balok harus didisain lebih lemah dibandingkan kolom. Sehingga ketika gempa
terjadi, maka elemen balok akan mengalami sendi plastis yang pertama kali, dengan
adanya sendi plastis ini menyebabkan lantai mengalami torsi karena sudah tidak
sesuai lagi kekuatannya dan kekakuannya. Hipotesa ini dipakai sebagai
permasalahan penelitian dan tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola
keruntuhan dari perilaku torsi pada lantai dalam kondisi elemen sendi plastis
dengan motode pushover dan respon spectrum. Pada penelitian ini Gedung di
desain berupa 3 dimensi (3D). Hasil analisis pushover dan analisis respon spektrum
yang telah menunjukkan bahwa gedung mengalami torsi pada lantai, akan tetapi
tidak terlalu berpengaruh terhadap bangunan. Untuk analisis pushover, nilai
maksimum pada perlemahan awal, dengan melemahkan sebahagian batang balok
yang mengalami sendi plastis R1 sebesar 83,968 x 10-3
radians dan pada
perlemahan puncak dengan melemahkan lebih banyak batang balok yang
mengalami sendi plastis R1 sebesar 83,559 x 10-3
radians. Selanjutnya untuk
analisis respon spectrum, nilai maksimum pada perlemahan awal, dengan
melemahkan sebahagian batang balok yang mengalami sendi plastis R1 sebesar
1,037 x 10-3
radians dan pada perlemahan puncak dengan melemahkan lebih
banyak batang balok yang mengalami sendi plastis R1 sebesar 1,396 x 10-3
radians |
en_US |