Abstract:
Penggunaan obat yang sembarangan, masuknya obat-obatan baru yang hampir setiap harinya di pasaran, serta kurangnya kebiasaan untuk melaporkan kejadian reaksi erupsi obat, telah mengakibatkan meningginya angka insidensi reaksi erupsi obat yang terjadi. Karena sedikitnya data terbaru tentang epidemiologi erupsi obat mendorong diperlukannya penelitian lebih banyak. Tujuan: Untuk mengetahui profil erupsi obat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2015-2017. Metodologi: Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dari data sekunder berdasarkan rekam medis pasien rawat inap dan rawat jalan yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2015-2017. Hasil penelitian: Selama periode Januari 2015-Desember 2017, terdapat 87 kasus erupsi obat. Kelompok usia 45-64 tahun (36,8%) adalah kelompok usia paling sering mengalami erupsi obat. Angka kejadian tertinggi erupsi obat berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa perempuan (54.0%) lebih sering mengalami erupsi obat dibandingkan laki-laki (46,0%). Riwayat alergi hampir seluruhnya tidak tercantum di dalam rekam medis (94,5%). Penyakit penyerta yang paling banyak dikaitkan adalah penyakit non-infeksi (37,9%). Jenis ruam makulopapular adalah manifestasi klinis paling sering ditemukan pada erupsi obat (37,9%). Obat yang dicurigai sebagai penyebab terbanyak erupsi obat adalah antibiotik (48,3%). Terapi yang paling sering diberikan adalah pemberian kombinasi kortikosteroid dengan antihistamin (33,3%). Kesimpulan: usia 45-64 tahun adalah kelompok usia paling sering mengalami erupsi obat, perempuan lebih sering mengalami erupsi obat. Jenis ruam makulopapular adalah manifestasi klinis paling sering dijumpai.