Abstract:
Latar Belakang : Sekitar 30% Staphylococcus aureus berkoloni di tubuh
manusia. Bakteri ini adalah salah satu mikroorganisme yang memicu berbagai
penyakit infeksi, diantaranya infeksi jaringan lunak dan kulit, endokarditis,
osteomyelitis, bakteremia, dan pneumonia letal. Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan adalah dengan memanfaatkan zat aktif pembunuh bakteri yang
terkandung dalam tanaman obat. Salah satu tanaman yang dapat digunakan
sebagai pilihan alternatif yaitu daun salam (Syzygium polyanthum). Kandungan
flavonoid, tanin dan minyak atsiri pada daun salam (Syzygium polyanthum)
diduga memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Metodologi : Penelitian ini
menggunakan metode penelitian eksperimental Teknik yang digunakan untuk
mengukur aktivitas antibakteri adalah Disc Diffusion. Hasil Penelitian : Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun salam (Syzigium polyanthum)
dengan konsentrasi 10%, 30%, dan 50% menghasilkan rata-rata diameter zona
bening masing-masing yaitu 14,83 mm, 20,00 mm, dan 13,50 mm. Sedangkan
diameter zona bening kloramfenikol yaitu 20,33 mm dan pada aquadest tidak
diperoleh zona bening. Kesimpulan : Ekstrak daun salam dengan konsentrasi
30% memiliki zona bening tertinggi pada kelompok perlakuan.