dc.description.abstract |
Penelitian ini bertujuan untuk melihat makna Mangain tradisi Batak Toba pada
Masyarakat Banda Aceh, dan pemilihan Banda Aceh sebagai tempat penelitian
dikarenakan untuk mengetahui apakah tradisi Mangain tetap dilaksanakan
dilingkungan minoritas Batak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif dengan tinjauan semiotika dari Ferdinand De Saussure yaitu
Signifier dan Signified sebagai petunjuk untuk mencari tanda dan maknanya,
Langue dan Parole sebagai acuan dalam menganalisa praktik bahasa yang
digunakan yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Jumlah informan
dalam penelitian 6 orang dengan masing masing, 2 informan suku Batak, 2 Pelaku
Mangain dan 2 Masyarakat Banda Aceh, adapun teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan
pengutipan literatur seperti jurnal dan skripsi serta teknik analisis data yang
digunakan melalui pengumpulan data, seleksi data, penyajian data dan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa tradisi Mangain dilaksanakan oleh
masyarakat Batak dan berjalan baik di Banda Aceh, tepatnya Kecamatan Kuta
Alam. Kesimpulan penelitian yaitu bahwa dalam pelaksanaan tradisi Mangain,
menggunakan komunikasi verbal (bahasa Batak) baik dalam komunikasi
antarpersonal ataupun dalam memandu jalannya acara dan komunikasi non verbal,
yaitu berupa simbol (ikan mas, ulos, beras) yang mempunyai makna sebagai pesan
tertentu dari orang tua kepada anak yang akan melanjutkan marga Batak. |
en_US |