Abstract:
Sistem bioflok adalah metode budidaya ikan yang menggunakan kolam dengan air
yang kaya akan partikel organik. Dalam sistem ini, biomassa mikroorganisme
seperti bakteri, alga, dan protozoa tumbuh dan membentuk kelompok yang
disebut bioflok. Biomassa ini berperan penting dalam memperbaiki kualitas air
dan mendukung pertumbuhan ikan. Pada sistem akuakultur dengan teknologi
bioflok, air media kultur hanya sekali dimasukkan dalam wadah, dan digunakkan
sampai panen. Penambahan air hanya untuk mengganti penguapan dan
pengontrolan kepadatan bioflok. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas air
dalam sistem bioflok adalah oksigen terlarut (DO). Oksigen terlarut adalah jumlah
oksigen yang larut dalam air dan merupakan parameter penting untuk
mempertahankan kondisi yang baik bagi organisme akuatik. Oleh karena itu perlu
adanya alat untuk menstabilkan oksigen terlarut tersebut. Salah satu solusi yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan bantuan aerator. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh penggunaan aerator terhadap budidaya ikan nila
sistem bioflok. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan melakukan percobaan terhadap aerator blower, aerator listrik,
dan tanpa aerator. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan aerator
dapat mempengaruhi suhu, pH, TDS dan oksigen terlarut pada kolam ikan. Dari
semua hasil pengukuran pada kolam ikan, pengukuran dengan menggunakan
aerator blower yang sangat stabil dan optimal. Dengan suhu rata-rata 27°C, pH
7,3 ppm, TDS 830 ppm dan oksigen terlarut 6,2 ppm. Dalam satu hari aerator
blower menggunakan daya 10.21 kWh sehingga dalam 30 hari menggunakan daya
sebesar 306,3 kWh. Dalam satu hari aerator menggunakan daya 3,6 kWh sehingga
dalam satu bulan menggunakan daya sebesar 108 kWh. Biaya listrik untuk aerator
blower perhari adalah Rp. 6.432 sehingga dalam 30 hari adalah sebesar Rp.
192.960. Biaya listrik untuk aerator listrik perhari Rp. 2.268 sehingga biaya
pemakaian listrik untuk satu bulan sebesar Rp 68.040.