Abstract:
Latar Belakang: Pada awalnya burnout hanya dikenal serta diamati di lingkungan pekerjaan dan pelayanan pada masyarakat saja, tetapi sekarang burnout dapat terjadi pada mahasiswa karena memiliki tuntutan belajar yang tinggi, terdapat perasaan kurang mampu ataupunkurang kompeten pada bidangnya. Hal tersebut juga dialami oleh mahasiswa kedokteran. Terdapat faktor yang mempengaruhi burnout pada mahasiswa kedokteran yaitu akibat stres akademik yang tinggi, lingkungan akademik yang kompetitif, faktor kurikulum pendidikan, kurangnya waktu tidur sehingga hal-hal ini menyebabkan Mahasiswa Kedokteran dapat menyebabkan kejadian Burnout. Tujuan: Mengetahui gambaran profil burnout pada mahasiswa pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 170 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Pengambilan data diperoleh dari data primer dengan pengisian kuesioner Maslach Burnout Inventory General Survey for Student (MBI-(GS)(S)) pada Mahasiswa Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara angkatan 2020 dan 2021. Selanjutnya data dianalisis secara univariat untuk melihat gambaran profil Burnout. Hasil: Hasil penelitian didapatkan dari 170 responden didapatkan 26 responden (15,3%) mengalami Burnout. Dari 26 responden yang mengalami Burnout berdasarkan jenis kelamin didapatkan perempuan (61,5%) lebih banyak dibandingkan laki- laki (38,5%). Berdasarkan periode angkatan didapatkan angkatan 2020 (53,8%) lebih banyak dibandingkan angkatan 2021 (46,2%). Berdasarkan suku bangsa yang paling banyak mengalami burnout adalah suku batak (38,5%). Kesimpulan: Gambaran profil burnout pada mahasiswa pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara terdapat engaged 64 responden (37,6%), ineffective 24 responden (14,1%), overextended 55 responden (32,4%), disengaged 1 responden (6%), dan burn out 26 responden (15,3%). Berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak mengalami burnout adalah perempuan 16 responden (61,5%), dengan angkatan 2020 14 responden (53,8%) dan pada suku batak 10 responden (38,5%).