Abstract:
Latar Belakang: Covid-19 merupakan virus corona baru yang saat ini telah menyebar pada kehidupan manusia yang lebih spesifiknya pertama kali terdeteksi di Wuhan di China dan kini telah mencapai 196 negara terdampak. Coronavirus disease 2019 merupakan penyakit yang disebabkan oleh salah satu virus dari family Coronaviridae yang disebut sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan dampak psikologis yang mendalam pada masyarakat secara keseluruhan dan gejala sisa jangka panjang dari penyakit ini. Rambut rontok yang berlebihan paska Covid-19 bisa sangat dirasakan oleh pasien dan mungkin menjadi batu loncatan bagi kesehatan mental mereka. Siklus rambut sangat rentan terhadap rangsangan endogen dan eksogen, termasuk keadaan demam dan stres emosional, yang tetap ada di era pandemi ini. Kerontokan rambut ialah suatu gangguan atau kelainan dimana rambut terlepas dari kulit kepala ataupun kulit tubuh sehingga mengganggu berbagai fungsi biologis rambut terhadap tubuh. Telogen effluvium adalah penyakit noninflamasi yang ditandai dengan hilangnya rambut telogen secara difus, yang disebabkan oleh gangguan siklus rambut yang menyebabkan peningkatan dan sinkronisasi pelepasan telogen. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kejadian telogen effluvium dengan pasien paska infeksi Covid-19 di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Kota Metro Lampung. Metode: Desain penelitian observasional deskriptif dengan metode cross-sectional, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2022 - Mei 2022. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Kota Metro, Lampung. Populasi target pada penelitian ini adalah penderita telogen effluvium dengan paska infeksi Covid-19 periode Juli 2020 s/d Mei 2021.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dari data rekam medis. Hasil: Berdasarkan uji Chi Square didapatkan nilai Fisher’s Exact Test Sig. (2-sides) yaitu 0.001 (P<0.05) yang bermakna terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Terdapat hubungan telogen effluvium pada pasien paska Covid-19.