Abstract:
Pendahuluan: Penggunaan metode pemeriksaan tinja memiliki sensitivitas dan
spesifisitas tinggi terhadap Soil Transmitted Helminth (STH) sangat penting untuk
deteksi dini infeksi tersebut. Telah dilakukan penelitian tentang perbandingan
hasil pemeriksaan tinja metode Sedimen dengan metode Floating pada infeksi
kecacingan. Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan hasil pemeriksaan tinja
metode sedimen dengan metode floating pada infeksi kecacingan. Metode: Uji
diagnostik dengan sampel penelitian adalah sampel tinja diambil dari murid kelas
3,4,5, dan 6 yang tinggal di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kota Medan.
Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Parasit Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Pemeriksaan dilakukan dengan metode
Sedimen, metode Floating, dan metode Langsung (gold standard). Hasil:
Terdapat 4 sampel positif terinfeksi Soil Transmitted Helminth (STH) dari 30
sampel tinja yang diperiksa. Metode yang paling banyak mendeteksi Soil
Transmitted Helminth (STH) adalah metode Sedimen dan metode Langsung (gold
standard) sebanyak 4 sampel. Metode Sedimen memiliki sensitivitas (100%) dan
spesifisitas (100%), metode Floating memiliki sensitivitas (50%) dan spesifisitas
(100%). Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sampel yang
terinfeksi Soil Transmitted Helminth (STH) lebih banyak ditemukan dengan
metode Sedimen. Metode Sedimen memiliki sensitivitas (100%) dan spesifisitas
(100%) lebih tinggi dari metode Floating. Hasil uji diagnostik yang telah
dilakukan pada metode Sedimen dan Floating, peneliti menyimpulkan metode
terbaik untuk deteksi infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dapat digunakan
sebagai altenatif selain metode Langsung (gold standard) adalah metode Sedimen.