Abstract:
Pendahuluan: Pengetahuan saat ini menunjukkan bahwa anak yang terinfeksi
COVID-19 memiliki daya tahan yang tinggi dan presentasi dengan gejala klinis
yang ringan. Namun, pada Mei 2020 MIS-C, Sindrom Peradangan Multisistem
pada Anak-anak telah dilaporkan sebagai penyakit anak berbahaya yang
sementara terkait dengan COVID-19. D-dimer telah terbukti terkait dengan
COVID-19 yang parah dan kritis, tetapi sedikit yang diketahui tentang
karakteristik klinis yang dominan dan hasil laboratorium pada anak-anak di
Indonesia, khususnya Medan, Sumatera. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi D-dimer dan hubungan klinisnya dengan MIS-C dengan COVID-19
di RS Bunda Thamrin dari tahun 2020 hingga 2021. Metode: Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain potong lintang (Cross
sectional). Parameter klinis dan laboratorium dari rekam medis anak terkonfirmasi
COVID-19 yang dirawat di RS Bunda Thamrin dianalisis. 154 kasus dimasukkan
dalam penelitian ini. Variabel kategorik dibandingkan dengan menggunakan Uji
Chi-square. Hasil: Sebagian besar kasus COVID-19 terjadi pada pasien anak usia
> 5 tahun (64,3%) diikuti oleh anak usia < 5 tahun (35,7%). Usia rata-rata adalah
8,8 + 5,83 tahun dengan dominasi pada pasien laki-laki (56,5%). Gejala umum
yang muncul meliputi manifestasi pernapasan seperti batuk (76,0%), rinore
(51,3%) dan demam (39,0%). Ada hubungan antara D-dimer dengan karakteristik
klinis p=0,042 (p<0,05) dan D-dimer dengan hasil laboratorium p=0,000 pada
CRP, neutrofil dan limfosit dan p=0,011 pada trombosit (p<0,05). 1 pasien diduga
mengalami MIS-C di RS Bunda Thamrin Medan. Kesimpulan: D-dimer dapat
menjadi penanda awal yang berguna untuk memprediksi manifestasi COVID-19
yang parah seperti MIS-C.