Abstract:
Fenomena maraknya pengemis badut mampang di Kota Medan
merupakan persoalan sosial. Hidup menjadi seorang badut mampang karena
kemiskinan, tetapi sebagian besar badut mampang dijadikan mata pencaharian.
Sulitnya seseorang mendapatkan pekerjaan membuat semakin mundurnya
kualitas sumber daya manusia di Kota Medan. Badut mampang ini tentu sangat
erat kaitannya dengan kemiskinan dan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Semakin hari semakin banyak badut mampang jalanan yang berjejer disetiap
lampu merah maupun tempat-tempat keramaian yang ada di Kota Medan. Selain
itu mereka juga beroperasi di perempatan jalan, rumah, pasar, pedagang kaki
lima dan lain-lain. Badut mampang mulai dari anak-anak sampai orang tua.
Keberadaan pengemis badut mampang ini menarik untuk diteliti karena ada
indikasi keberadaan pengemis, terutama anak-anak diberbagai perempatan yang
dengan sengaja memperjual belikan komoditas rasa iba untuk kepentingan
mereka. Kejadian dan fenomena sosial ini sangat unik dan menarik untuk
mengkaji lebih menedalam tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah
pengemis badut mampang. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah faktor faktor apa saja yang mempengaruhi kehadiran pengemis “badut mampang” di
kota medan. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor
yang mempengaruhi kehadiran “badut mampang” di kota medan. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan
melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian dilaksanakan di
seputaran Jalan Kota Medan. Berdasarkan analisi keseluruhan data penelitian
faktor yang mempengaruhi kehadiran pengemis badut mapang di Kota Medan
terbagi menjadi 2 (dua) faktor yaitu, faktor ekonomi keluarga dan faktor
pengangguran. Faktor ekonomi keluarga terdiri dari putus sekolah dan
pendapatan orang tua. Pada faktor ini dapat dilihat dari keadaan sosial ekonomi
keluarga, narasumber mengatakan putus sekolah karena keterbatasan biaya
sekolah yang tidak tercukupi, akibatnya anak usia dini harus bekerja untuk
mencukupi kebutuhan hidup karena pendapatan orang tua yang rendah. Faktor
pengangguran terdiri dari tidak adanya keterampilan dan rendahnya pendidikan.
Tidak adanya keterampilan mengakibatkan semakin meningkatnya angka
pengangguran di Kota Medan, sehingga mereka memutuskan untuk bekerja
sebagai badut mampang untuk tetap bisa melangsungkan hidup mereka.
Rendahnya pendidikan disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya
pendidikan bagi anak bangsa.