Abstract:
Swamedikasi adalah upaya yang sering dilakukan oleh
seseorang untuk mengobati gejala sakit atau penyakit yang sedang dideritanya
tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi kepada dokter. Self therapy
(swamedikasi) menjadi tidak tepat apabila terjadi kesalahan mengenali gejala
yang muncul, memilih obat, dosis dan keterlambatan dalam mencari nasihat /
saran tenaga kesehatan jika keluhan berlanjut. Tonsilofaringitis merupakan
peradangan pada tonsil dan faring yang memiliki predisposisi antara lain
rangsangan kronis rokok, makanan tertentu, higiene mulut yang buruk, pasien
yang biasa bernapas melalui mulut karena hidung tersumbat, pengaruh cuaca,
dan pengobatan tonsilofaringitis sebelumnya tidak adekuat. Penanganan kasus
ini sangat berhubungan dengan penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik
tanpa aturan dapat menyebabkan resistensi bakteri pathogen. Tujuan
Penelitian: Untuk mengetahui profil Self therapy pada mahasiwa Kedokteran
(Pendidikan Dokter dan Profesi Dokter) pada kasus tonsilofaringitis. Metode:
deskriptif-Observasional dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan
100 responden mahasiswa preklinis dan 100 mahasiswa klinis. Penelitian ini
menggunakan data primer dengan menggunakan kuesioner yang telah divalidasi.
Hasil: terdapat perilaku self therapy yang lebih baik pada mahasiswa klinis yakni
sebanyak 80 orang (40%) daripada mahasiswa preklinik sebanyak 62 orang
(31%). hasil uji statistik menggunakan Chi Square Test didapatkan nilai p=0,005
(p<0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh perilaku self
therapy antara mahasiswa preklinik dan klinik terhadap kasus tonsilofaringitis.