Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membuat
menulis cerpen dengan menggunakan model pembelajaran sinektik dan untuk
mengetahui kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan model eksperimen,
dengan instrumen tes essai menulis cerpen dan angket respon siswa diberikan
kepada kelas eksperimen. Pada penelitian ini yang akan menjadi populasi
adalah seluruh siswa kelas X SMA Muhammadiyah 18 Sunggal Kabupaten Deli
Serdang yang terdiri dari 4 kelas yang berjumlah 123 siswa. Pengembilan
sampel dilakukan dengan acak kelas maka diperoleh kelas X-1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas X-2 sebagai kelas kontrol. Tes ini diujikan setelah siswa
mengikuti pembelajaran menggunakan model sinektik dan konvensional,
karena penelitian ini bersifat komperatif, maka rata-rata nilai variabel X1 dan X2
dibandingkan satu sama lain.
Bedasarkan hasil analisis data dan uji statistik diperoleh hasil penelitian,
kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan model pembelajaran sinektik
memperoleh nilai rata-rata 77,63; varians 57,13; simpangan baku 7,55; uji
normalitas Lhitung < Ltabel atau 0,0381 < 0,1617 yang berarti populasi
berdistribusi normal dan hasil persentase angket sebesar 66,04% siswa
merespon positif pembelajaran. Sedangkan menggunakan model konvensional
memperoleh nilai rata-rata 69,26; varians 94,47; simpangan baku 9,7 dan uji
normalitas Lhitung < Ltabel atau 0,0107 < 0,1617 yang berarti populasi
berdistribusi normal. Kedua kelas sampel dinyatakan homogen berdasarkan uji
homogenitas Fhitung < Ftabel yaitu 1,653 < 1,860. Oleh karena itu, berdasarkan
hasil uji hipotesis, diperoleh bahwa thitung > ttabel yaitu 3,848 > 1,671.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
sinektik efektif digunakan terhadap kemampuan menulis cerpen oleh siswa
kelas X SMA Muhammadiyah 18 Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun
Pembelajaran 2016-2017. Keefrektifan tersebut didukung oleh proses
pemebelajaran kelas sampel, bahwa pada kelas eksperimen menerapkan
langkah-langkah praktis yang mendorong siswa aktif belajar, sedangkan kelas
kontrol tidak menerapkan langkah-langkah praktis yang dapat mengaktifkan
siswa untuk belajar.