Abstract:
Perkawinan adat Jawa terdiri dari berbagai macam rentetan acara, diantaranya
acara “Nemokan” merupakan kebiasaan adat yang dilakukan oleh masyarakat yang
bersuku Jawa. Dalam acara adat ini, pesan atau percakapan yang dilakukan oleh
pambiwara bila dikaji secara pragmatik terdapat jenis tindak tutur lokusi dan ilokusi
yang masing-masingnya memiliki makna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apa saja yang termaksud jenis tindak tutur lokusi dan ilokusi dalam tuturan yang
dipakai diacara “Nemokan” tersebut. Dalam acara “Nemokan” ini komunikasi
berlangsung yang dilakukan oleh perias temanten putri dan perias temanten putra
dengan pelaksanaan tersebut berlangsung di rumah pengantin putri. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data
penelitian ini adalah Pasar 7 Tembung dan subjek penelitiannya adalah masyarakat.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam
acara “Nemokan” Perkawinan Adat Jawa terdapat jenis tindak tutur lokusi dan
ilokusi. Tuturan tersebut berjumlah 18 tuturan. Tindak tutur ilokusi terdiri dari 12
tuturan representatif, 4 tuturan direktif, 1 tuturan ekspresif, dan 1 tuturan deklaratif.
Makna yang terkandung dalam acara “Nemokan” Perkawinan Adat Jawa
mengungkapkan nilai leluhur pada masa dahulu yang sudah turun temurun dilakukan
oleh nenek moyang anak cucu yang bersuku Jawa.