Abstract:
Latar Belakang: Penuaan merupakan proses biologis yang ditandai dengan
penurunan kapasitas fisiologis, termasuk kekuatan otot dan fungsi kognitif.
Kekuatan genggaman tangan telah lama diakui sebagai biomarker sederhana
namun reliabel dalam menilai status kesehatan umum, serta sering diasosiasikan
dengan penurunan fungsi kognitif pada populasi geriatri. Meskipun demikian,
bukti ilmiah yang mengeksplorasi hubungan kedua parameter tersebut di
Indonesia, khususnya pada kelompok lansia berbasis komunitas seperti majelis
pengajian, masih terbatas. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengevaluasi
hubungan antara kekuatan genggaman tangan dan tingkat fungsi kognitif pada
lansia peserta Pengajian Aisyiyah Ranting Denai. Metode: Penelitian
menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan potong lintang
(cross-sectional). Subjek penelitian terdiri atas 30 perempuan lanjut usia yang
memenuhi kriteria inklusi. Kekuatan genggaman tangan diukur menggunakan
handgrip dynamometer, sedangkan fungsi kognitif dinilai melalui Mini Mental
State Examination (MMSE). Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat
dengan uji Somers’d. Hasil: Sebagian besar responden berada pada kelompok
usia 60–65 tahun (70%) dengan tingkat pendidikan terbanyak sekolah dasar
(26,6%). Kekuatan genggaman tangan dominan pada kategori sedang (43,3%),
sedangkan fungsi kognitif terbanyak berada pada kategori gangguan kognitif
ringan (53,3%). Uji Somers’d menghasilkan nilai p = 0,334, sehingga tidak
ditemukan hubungan yang bermakna antara kekuatan genggaman tangan dan
fungsi kognitif (p > 0,05). Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat asosiasi signifikan antara kekuatan genggaman tangan dengan fungsi
kognitif pada lansia di komunitas Pengajian Aisyiyah Ranting Denai. Studi
selanjutnya direkomendasikan untuk melibatkan jumlah sampel yang lebih besar
serta karakteristik responden yang lebih heterogen guna memperoleh gambaran
yang lebih komprehensif.