Abstract:
Latar belakang: Rhinosinusitis kronik merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang cukup besar, namun masih sedikit penelitian yang mengeksplorasi hubungan
antara status vitamin D dan rhinosinusitis kronik pada populasi ini. Vitamin D,
hormon sekosteroid yang terlibat dalam homeostasis kalsium dan regulasi
kekebalan tubuh, telah mendapatkan perhatian karena potensi peran
imunomodulatornya pada penyakit inflamasi kronis, termasuk rhinosinusitis
kronik (RSK). Tujuan: Untuk menilai profil vitamin D pada pasien yang
didiagnosis dengan rinosinusitis kronis. Metode: Sebuah studi potong lintang
deskriptif dilakukan pada 17 pasien yang didiagnosis dengan RSK di dua rumah
sakit di Sumatera Utara, Indonesia (Rumah Sakit Drs. H. T. Amri Tambunan
Lubuk Pakam dan Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan), dari Desember 2024
hingga Januari 2025. Data dikumpulkan dari rekam medis dan sampel darah,
dengan konsentrasi 25(OH)D serum yang diukur menggunakan ELISA. Hasil: Di
antara 17 peserta, 70,6% (n = 12) memiliki kadar vitamin D yang tidak
mencukupi (20-30 ng/mL), sementara 29,4% (n = 5) kekurangan vitamin D (<20
ng/mL). Tidak ada subjek yang menunjukkan kadar vitamin D yang normal atau
tinggi. Simpulan: Sebagian besar pasien rinosinusitis kronis menunjukkan status
vitamin D yang kurang optimal, dengan semua subjek mengalami defisiensi atau
insufisiensi. Temuan ini menunjukkan adanya hubungan potensial antara
rendahnya serum vitamin D dan persistensi peradangan sinonasal kronis, yang
memfokuskan pentingnya mengevaluasi status vitamin D dalam strategi
manajemen RSK.