Abstract:
Turbin uap memegang peranan krusial dalam operasional pabrik kelapa sawit, dan
berpotensi menggantikan peran listrik dari PLN sebagai sumber daya utama. Di
lingkungan pabrik kelapa sawit, turbin uap berfungsi sebagai elemen utama dalam
sistem pembangkit listrik. Kinerja turbin ini bergantung pada uap panas yang
dihasilkan oleh boiler. Analisis terhadap daya output serta efisiensi turbin sangat
penting untuk mengidentifikasi penurunan kinerja, yang nantinya menjadi dasar
untuk perbaikan atau evaluasi operasional agar turbin tetap bekerja secara optimal.
Perbedaan antara kerja aktual turbin berdasarkan aliran massa uap dengan kerja
isentropiknya akan berdampak langsung pada efisiensi isentropik; semakin kecil
selisihnya, maka efisiensi akan meningkat, sedangkan perbedaan yang besar justru
menurunkan efisiensinya. Tekanan juga turut memengaruhi hal tersebut. Setiap
turbin memiliki nilai efisiensi yang bebeda – beda, tergantung pada kondisi steam
yang masuk ke turbin. Sedangkan kondisi steam tersebut dipengaruhi oleh faktor
tekanan uap yang masuk ke turbin. Power plant pada industri kelapa sawit memiliki
efisiensi dan optimasi turbin yang rendah. Sehingga efektivitas turbin uap menurun
dan menyebabkan daya listrik yang keluar tidak sesuai dengan keluaran generator,
karena itu dilakukan penelitian umtuk menilai efektivitas pegaruh tekanan steam
dan memberikan rekomendasi untuk optimasi, sehingga bisa di manfaatkan bagi
industri pabrik kelapa sawit. Efisiensi tertinggi dari turbin uap tercapai pada tanggal
25 April 2025 dengan nilai 23,90% dan menghasilkan kerja turbin sebesar 2974,3
kJ/kg. Sebaliknya, efisiensi terendah tercatat pada tanggal 21 April 2025, yaitu
20,51% dengan nilai kerja turbin sebesar 2968,4 kJ/kg. Seluruh data menunjukkan
bahwa fraksi uap (X) bernilai di bawah 1, yang menandakan bahwa uap berada
dalam kondisi jenuh atau masih mengandung air (uap basah). Tingkat efisiensi
turbin uap, baik saat maksimum maupun minimum, dipengaruhi oleh tekanan dan
temperatur uap yang masuk ke sistem. Peningkatan tekanan dan suhu (energi
termal) yang masuk ke turbin cenderung menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi,
dan sebaliknya. Di samping itu, perubahan nilai entalpi serta besar kecilnya kerja
turbin juga menjadi faktor penentu. Jika kerja turbin meningkat secara signifikan
tanpa adanya kenaikan energi input yang sepadan, maka efisiensi justru cenderung
menurun.