Abstract:
Pendahuluan: Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan masalah
kesehatan global dengan angka kematian tinggi, di mana WHO melaporkan pada
tahun 2019 penyakit ini menjadi penyebab kematian ketiga di dunia dengan 3,23
juta jiwa, sedangkan di Indonesia prevalensinya 3,7% atau sekitar 9,2 juta
penduduk. Kebiasaan merokok jangka panjang merupakan faktor risiko utama
yang berperan dalam penurunan fungsi paru, dan Volume Ekspirasi Paksa Detik
Pertama (VEP1) menjadi parameter penting dalam menilai derajat keparahan
PPOK. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara lamanya merokok
dengan nilai VEP1 pada pasien PPOK stabil. Metode: Penelitian menggunakan
desain analitik observasional retrospektif dengan pendekatan cross-sectional,
melibatkan 91 pasien laki-laki usia 50–70 tahun di Rumah Sakit Mitra Medika
Amplas, Medan, pada Januari 2025. Data lamanya merokok diperoleh melalui
wawancara, sedangkan nilai VEP1 berdasarkan hasil spirometri, kemudian
dianalisis dengan uji korelasi Spearman Rank (p<0,05). Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan mayoritas responden (39,5%) memiliki lama merokok 36–40 tahun,
dengan rata-rata lamanya merokok 40,73±5,43 tahun. Nilai VEP1 menunjukkan
68,1% responden berada pada kategori sangat berat dengan rata-rata 23,64±3,32,
sedangkan 31,9% termasuk kategori berat dengan rata-rata 32,88±2,39. Analisis
Spearman Rank menghasilkan r=0,011 dengan p=0,917, yang menandakan tidak
terdapat hubungan signifikan antara lamanya merokok dengan nilai VEP1 pada
pasien PPOK stabil. Kesimpulan: Kesimpulan penelitian ini adalah lamanya
merokok tidak berhubungan dengan nilai VEP1, sehingga durasi merokok saja
tidak cukup untuk menggambarkan penurunan fungsi paru, dan faktor lain seperti
jumlah konsumsi rokok per hari, serta paparan lingkungan perlu diperhitungkan.