Abstract:
Pendahuluan: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru
kronis yang ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya
reversibel. Penyakit ini sering disebabkan oleh paparan jangka panjang terhadap
asap rokok dan polusi udara. Menurut WHO, PPOK menjadi penyebab kematian
ketiga di dunia dengan 3,23 juta kematian pada tahun 2019. Sekitar 90% kematian
terjadi pada usia di bawah 70 tahun di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Salah satu pemeriksaan penting pada PPOK adalah spirometri dengan
nilai FEV1 sebagai indikator utama. Nilai FEV1 dapat mencerminkan tingkat
keparahan penyakit dan berkaitan dengan gejala fisik maupun psikologis, seperti
depresi. Hubungan ini menunjukkan pentingnya pendekatan holistik dalam
penanganan PPOK, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Metode: Jenis penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif analitik dengan desain cross-sectional. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara persentase prediksi Forced
Expiratory Volume in 1 Second (FEV1) dengan skor depresi pada pasien PPOK.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel diperoleh
dari pasien PPOK yang berobat di Poli Paru RSUD.Dr.Pirngadi kota Medan,
dengan jumlah total 49 orang. Data primer dikumpulkan data pemeriksaan
spirometri untuk nilai FEV1% prediksi dan kuesioner depresi. Analisis hubungan
dilakukan menggunakan uji korelasi. Hasil: Berdasarkan analisis karakteristik
responden, dari total 49 partisipan, mayoritas adalah laki-laki sebanyak 33 orang
(67,3%) dan sebagian besar berada pada kelompok usia 56–65 tahun (73,5%).
Sebanyak 35 responden (71,4%) merupakan perokok aktif. Analisis hubungan
antara persentase prediksi FEV1 dan skor depresi menunjukkan hubungan yang
kuat dan signifikan. Hasil uji Pearson menunjukkan nilai r = 0,745 (p < 0,001) dan
Spearman r = 0,713 (p < 0,001), yang mengindikasikan bahwa semakin rendah
nilai FEV1, semakin tinggi tingkat depresi pada pasien PPOK. Hasil
crosstabulation memperlihatkan bahwa dari 49 pasien, hanya 11 pasien (22,4%)
tidak mengalami depresi, sedangkan 38 pasien (77,6%) mengalami depresi.
Seluruh pasien PPOK berat dan sangat berat mengalami gejala depresi. Uji Chi Square menunjukkan hubungan signifikan antara kategori FEV1 dan skor depresi
dengan nilai χ² = 33,334 (p < 0,001), didukung oleh likelihood ratio sebesar
37,030 (p < 0,001). Temuan ini menunjukkan bahwa semakin berat gangguan
fungsi paru, semakin tinggi risiko depresi yang dialami pasien PPOK.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar pasien PPOK berusia
lanjut, berjenis kelamin laki-laki, dan merupakan perokok aktif. Nilai FEV1 yang
menurun menunjukkan tingkat keparahan gangguan paru, dan ditemukan
hubungan signifikan antara penurunan fungsi paru dengan peningkatan tingkat
depresi. Hal ini menegaskan bahwa penanganan PPOK perlu memperhatikan
kondisi fisik dan mental pasien secara menyeluruh.