dc.description.abstract |
Latar Belakang : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan gangguan
respiratori progresif yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang tidak
sepenuhnya reversibel, ditandai dengan penurunan nilai Forced Expiratory
Volume in 1 Second (FEV₁ ). Merokok merupakan determinan risiko utama yang
mempercepat penurunan FEV₁ , dengan hubungan yang menunjukkan efek dose–
response, baik terhadap jumlah batang rokok per hari maupun durasi paparan.
Beberapa studi sebelumnya melaporkan korelasi negatif yang signifikan antara
tingkat konsumsi rokok harian dengan nilai FEV₁ (r = –0,288; p < 0,001), serta
penurunan fungsi paru secara keseluruhan. Tujuan : Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi hubungan antara jumlah rokok yang dikonsumsi per hari
dengan nilai FEV₁ pada pasien PPOK stabil yang menjalani perawatan rawat
jalan di Rumah Sakit Mitra Medika Amplas, Medan. Metode : Desain penelitian
ini adalah analitik observasional dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Subjek penelitian merupakan pasien dengan diagnosis PPOK stabil
yang memenuhi kriteria inklusi, dan dipilih menggunakan teknik consecutive
sampling. Informasi mengenai jumlah konsumsi rokok per hari dikumpulkan
menggunakan kuesioner terstruktur, sedangkan nilai FEV₁ diperoleh dari hasil
pemeriksaan spirometri yang dilaksanakan berdasarkan pedoman GOLD dan
protokol teknis ATS/ERS. Analisis statistik dilakukan menggunakan uji korelasi
Spearman untuk data ordinal, serta regresi linier untuk mengkaji pengaruh jumlah
rokok terhadap FEV₁ , dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan pada α = 0,05.
Hasil : Sebanyak 50 pasien PPOK stabil diikutsertakan dalam penelitian ini,
dengan rerata usia 60 ± 8 tahun, mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Ditemukan
hubungan negatif yang signifikan antara jumlah batang rokok yang dikonsumsi
per hari dan nilai FEV₁ (r = −0,32; p = 0,019). Model regresi linier menunjukkan
bahwa setiap peningkatan konsumsi sebesar 5 batang rokok per hari diasosiasikan
dengan penurunan rerata FEV₁ sebesar 0,12 liter (β = –0,024 L/batang; 95% CI:
−0,045 hingga −0,003; p = 0,026). Model tetap signifikan setelah disesuaikan
dengan variabel perancu seperti usia, durasi merokok, dan indeks massa tubuh
(IMT). Kesimpulan : Jumlah konsumsi rokok harian menunjukkan korelasi
ix
negatif yang bermakna terhadap nilai FEV₁ pada pasien PPOK dalam kondisi
stabil. Hasil ini memperkuat bukti ilmiah mengenai hubungan dosis-efek antara
merokok dan penurunan fungsi paru, sekaligus menekankan pentingnya intervensi
berhenti merokok secara dini sebagai bagian integral dari tata laksana jangka
panjang PPOK. |
en_US |