Abstract:
Perkembangan teknologi komunikasi telah mempermudah akses terhadap film
sebagai media komunikasi massa yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan,
tetapi juga sebagai sarana penyampaian pesan sosial. Salah satu isu yang sering
muncul dalam film adalah paternalistik, yaitu pola hubungan dalam keluarga yang
menempatkan ayah atau laki-laki sebagai figur dominan dalam pengambilan
keputusan. Film Skandal Makers karya Jeihan dan Dua Hati Biru karya Gina
menggambarkan bagaimana paternalistik beroperasi dalam dinamika keluarga di
Indonesia, yang masih mengandung budaya patriarki. Penelitian ini menggunakan
teori semiotika Charles Sanders Peirce untuk mengidentifikasi tanda, ikon, indeks,
dan simbol dalam kedua film yang menggambarkan paternalistik. Metode
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif
terhadap adegan-adegan yang relevan. Data dikumpulkan melalui observasi dan
dokumentasi terhadap kedua film. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
paternalistik dalam kedua film ini ditampilkan dalam tiga aspek utama, yaitu
otoritarianisme (kontrol dan dominasi ayah terhadap anak), benevolent
(kebebasan yang diberikan ayah dengan pengawasan), dan moralitas
(perlindungan dan tanggung jawab terhadap keluarga). Penelitian ini mengungkap
bahwa film memiliki peran penting dalam membentuk pandangan masyarakat
tentang paternalistik. Representasi paternalistik dalam film dapat mempengaruhi
pemaknaan sosial terhadap peran ayah dan dinamika kekuasaan dalam keluarga.
Dengan demikian, film tidak hanya sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai
refleksi budaya yang dapat memengaruhi pola pikir dan persepsi sosial
masyarakat Indonesia terhadap relasi keluarga dan peran gender.