Abstract:
Latar Belakang : Otitis eksterna adalah suatu penyakit yang sering dijumpai pada 
kasus sehari-hari. Dimulai dari gejala yang sangat ringan dapat berubah menjadi 
semakin berat hingga dapat menjadi infeksi yang mengancam kehidupan atau 
malignant otitis eksterna pada pasien yang memiliki penyakit imunokompremi. Pada 
beberapa penelitian, ditemukan bahwa bakteri penyebab terbanyak adalah bakteri 
Staphylococcus aureus. Propolis adalah produk yang diproduksi dari lebah madu, 
telah digunakan untuk berbagai pengobatan sebagai pengobatan herbal. Beberapa 
tahun terakhir pada sebuah penelitian ditemukan bahwa adanya efektifitas propolis 
sebagai farmakotika, yang mana pada kandungan bioaktifnya dapat bekerja sebagai
agen antiinflamatori. Kandungan biologikal yang paling banyak terdapat pada 
propolis adalah flavonoid dan pinocembrin. Dikarenakan tingginya kasus resistensi 
antibiotik di Indonesia dan adanya efektifitas propolis sebagai farmakotika karena 
mengandung agen antiinflamatori, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian 
dengan menggunakan propolis dan gentamisin sebagai pembanding zona hambat 
pada bakteri Staphylococcus aureus penyebab otitis eksterna. Metode : Penelitian ini 
merupakan penelitian deksriptif dengan desain cross sectional. Sampel yang 
digunakan berjumlah 40 subjek dan menggunakan systematic sampling. Hasil : Dari 
40 subjek penelitian, didapatkan hasil pasien berjenis kelamin perempuan terbanyak 
sebesar 23 (57.5%) dan keluhan utama nyeri telinga sebesar 22 subjek (55.0%). 
Analisis data menggunakan Mann-whitney untuk melihat apakah ada perbedaan zona 
hambat propolis dan gentamisin. Kesimpulan : Didapatkan perbedaan zona hambat 
propolis dan gentamisin terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada pasien otitis 
eksterna yang bermakna secara statistik (p = 0.001).