Abstract:
Pendahuluan: Autofagi (dari kata Yunani auto, artinya sendiri, dan fagi, artinya
makan) adalah jalur penting yang mengatur homeostasis organisme, ketika
keseimbangan ini terganggu, kondisi patologis dapat berkembang. Autofagi
terbagi menjadi tiga jenis, (1) makroautofagi, (2) mikroautofagi, dan (3)
Chaperone-mediated autophagy (CMA). Modulator tahap autofagi, (1) inisiasi,
saat terjadi starvasi mTORC1 dihambat dan fosforilasi oleh AMPK, yang
menghasilkan aktivasi ULK1. Dalam kondisi normal, sel menggunakan autofagi
untuk mendaur ulang metabolit dan nutrisi dari organel yang rusak dan protein
yang salah pelipatan. Penemuan BECLIN1 disebabkan oleh protein anti-apoptosis
Bcl-2. Variasi genetik adalah perbedaan urutan DNA antara individu dalam suatu
populasi. Autofagi bekerja dengan menghilangkan protein dan organel yang rusak
selama stres dan penuaan, memainkan peran penting dalam mengatur
perkembangan organisme, bekerja sama dengan sistem kekebalan adaptif,
mempertahankan homeostasis energi, dan menjaga kontrol kualitas protein dan
organel. Tujuan: Mengetahui dampak variasi genetik gen BECLIN1 terhadap
proses autofagi. Metodologi: Dengan pendekatan analisis bioinformatika
menggunakan piranti lunak SIFT dan PolyPhen-2. Hasil: Hasil prediksi gen
BECLIN1 menggunakan piranti lunak SIFT pada mutasi Missense didapatkan
31% sampel mengalami Deleterious dan 69% sampel mengalami Tolerated.
Mutasi Frameshift didapatkan 42,85% sampel mengalami Deleterious dan
57,14% sampel mengalami Tolerated. Sedangkan piranti lunak PolyPhen-2 pada
mutasi Missense didapatkan hasil 45% untuk Benign, 14% untuk Possibly
Damaging, dan 45% untuk Probably Damaging. Mutasi Frameshift didapatkan
hasil 28,57% untuk Benign, 19,04% untuk Possibly Damaging, dan 52,38% untuk
Probably Damaging. Kesimpulan: Setelah dilakukan penelitian dapat
disimpulkan bahwa mutasi Missense dan Frameshift pada gen BECLIN1 dapat
mempengaruhi fungsionalitas protein BECLIN1.