Abstract:
Kakao merupakan salah satu produk pertanian yang sangat penting bagi nilai
tukar negara. Salah satu negara pemasok biji kakao di dunia adalah
Indonesia.Pangsa pasar ekspor biji kakao Indonesia cukup besar di pasar
Internasional. Pada tahun 2009, total produksi kakao Indonesia yang diekspor ke
luar negeri hampir mencapai 93 persen. Indonesia memiliki potensi yang sangat
besar untuk mengembagkan indutri hilir kakao mengingat Indonesia merupakan
salah satu negara produsen biji kakao terbesar di dunia. Pengembangan industri
kakao akan menjadikan sektor agroindustri dapat memberikan nilai tambah serta
distribusi pendapatan yang tinggi dalam perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah
melakukan intervensi terhadap ekspor kakao unutk mengembangkan agroindustri
pengolahan kakao yang berpotensi besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1)
menganalisis daya saing produk kakao indonesia di negara tujuan utama, (2)
menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi daya saing serta
ekspor produk kakao indonesia di negara tujuan utama, dan juga (3) menganalisis
pengaruh jangka panjang bea keluar biji kakao terhadap daya saing serta ekspor
produk kakao indonesia di negara tujuan utama.Penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa data panel yaitu penggabungan antara data time series dan cross
section. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah (1) analisis
deskriptif, (2) analisis daya saing dengan metode Revealed Comparative Advantage
(RCA), (3) analisis data panel dengan Gravity Model, dan (4) analisis pengaruh
jangka panjang dengan Fully Modified Ordinary Least Square (FMOLS).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Produk olahan kakao Indonesia atau
yang lebih spesifiknya lemak kakao memiliki keunggulan komparatif di kelima
ii
negara tujuan utama, hal tersebut dilihat dari nilai RCA yang lebih dari satu di kelima
negara tujuan utama. Berdasarkan nilai RCA rata-rata, Amerika memiliki nilai RCA
yang paling tinggi yaitu sebesar 55,85 kemudian diikuti oleh Australia (31,85),
Prancis (21,71), Belanda (19,85), dan kemudian Jepang (8,71). Daya saing lemak
kakao memperlihatkan adanya peningkatan setelah adanya penerapan bea keluar
walaupun tidak keseluruhan (5 negara) yang pengaruhnya signifikan. Variabel yang
mempengaruhi daya saing dan ekspor berbeda-beda. Variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap daya saing lemak kakao yaitu volume ekspor lemak kakao
sedangkan variabel yang mempengaruhi ekspor lemak kakao adalah harga ekspor
lemak kakao dan juga bea keluar. Variabel yang memiliki pengaruh secara jangka
panjang terhadap daya saing lemak kakao yaitu nilai tukar, tarif bea keluar, dan harga
ekspor sedangkan semua variabel memiliki pengaruh secara jangka panjang terhadap
ekspor produk kakao, variabel-variabel yang memiliki pengaruh jangka panjang
terhadap ekspor produk kakao tersebut adalah nilai tukar, bea keluar, serta harga
ekspor lemak kakao. Pengaruh kebijakan bea keluar bernilai positif terhadap daya
saing serta ekspor lemak kakao secara jangka panjang.