Abstract:
Pendahuluan: Serumen prop atau penumpukan kotoran telinga pada saluran
telinga luar dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan infeksi telinga.
Beberapa terapi telah dikembangkan untuk mengatasi masalah ini, termasuk
penggunaan hidrogen peroksida 3% dan propolis sebagai solusi pembersih
telinga. Namun, efektivitas dari kedua terapi tersebut masih menjadi perdebatan.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menganalisis
efek hidrogen peroksida 3% dan propolis sebagai terapi serumen prop pada menit
ke 5, 10, 15, dan 30 setelah diberikan larutan uji secara in vitro, serta
menganalisis perbandingan efek kedua terapi tersebut. Metodologi: Penelitian
dilakukan dengan menggunakan sampel serumen prop yang diperoleh dari anakanak asuhan pada Panti Asuhan Aisyiyah Muhammadiyah Medan. Serumen prop
kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok hidrogen peroksida 3%
dan kelompok propolis. Setiap kelompok diuji dengan spektrofotometer UV-Vis
pada menit ke 5, 10, 15, dan 30 setelah diberikan larutan uji secara in vitro. Data
hasil pengukuran absorbansi kemudian dianalisis dengan uji statistik Mann
Whitney. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi menggunakan
propolis secara in vitro lebih efektif dalam mengurangi nilai absorbansi serumen
prop dibandingkan dengan hidrogen peroksida 3% pada menit ke-5, 10, 15, dan
20. Terdapat perbedaan signifikan antara kelompok propolis dan hidrogen
peroksida 3% dalam mempengaruhi nilai absorbansi serumen. Kesimpulan:
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa propolis lebih efektif
dalam mengurangi nilai absorbansi serumen prop secara in vitro dibandingkan
dengan hidrogen peroksida 3%. Oleh karena itu, penggunaan propolis dapat
dianggap sebagai alternatif terapi yang lebih efektif untuk mengatasi serumen
prop pada liang telinga.