Abstract:
Manusia pada umumnya berharap dilahirkan dalam keadaan fisik yang normal
dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang
diinginkan karena adanya keterbatasan fisik yang tidak dapat dihindari seperti
kecacatan atau kelainan pada fisiknya yang disebut tunadaksa. Berdasarkan data
dari WHO (2018) lebih dari 1 milyar hidup dengan kecacatan fisik. Itu sama
dengan 15% dari jumlah populasi penduduk dunia. Lebih kurang antara 110-190
juta penduduk berusia 15 tahun ke atas yang menderita tuna daksa. Tuna daksa
merupakan suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk
atau hambatan pada tulang otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi
ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh
pembawaan sejak lahir. Karena itu, anak tuna daksa harus mendapatkan
pendidikan khusus melalui Sekolah Luar Biasa dimana di sekolah tersebut
terdapat Program Bina Diri untuk kemandirian anak tuna daksa khususnya di
Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan. Penelitian dilakukan di Yayasan
Pembinaan Anak Cacat Medan. Informan kunci dalam penelitian ini adalah
Kepala Sekolah SLB-D dan para guru di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan.
Informan utama yaitu para orang tua dari anak tuna daksa. Teknik pengumpulan
data dengan studi pustaka, observasi, dan wawancara. Data yang didapat
dilapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dideskripsikan dengan
pendekatan kualitatif. Hingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil
penelitian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Bina Diri
dilakukan melalui assesment yang dilakukan oleh guru terhadap anak tuna daksa
untuk mengetahui kebutuhan dan kemampuan masing-masing anak tuna daksa
tersebut di kelas masing-masing. Analisis Program Bina Diri menggunakan
kegiatan ADL yang bersifat umum (Aktivities of Daily Living General
Classification) yaitu kegiatan perawatan diri, ambulasi atau kegiatan gerak dan
kegiatan aktivitas tangan. Dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
peneliti memberikan saran agar para guru yang mengajarkan Program Bina Diri
lebih sering menyampaikan tentang tujuan Program Bina Diri, agar kelompok
sasaran memahami maksud dan tujuan program tersebut.