dc.description.abstract |
Televisi merupakan sebuah media audio visual, yang mengandalkan
gambar dan kekuatan suara. Untuk mengkonsumsi televisi dan memahami apa
yang sedang ditonton, terkadang seseorang tidak bisa hanya dengan melihat
gambar tanpa suara. Tunarungu adalah suatu keadaan di mana seseorang memiliki
gangguan dengan pendengaran sehingga menyebabkan tuli. Tentunya yang kita
pikirkan selama ini ialah bahwa seorang penyandang tunarungu mengalami
kesulitan untuk mengkonsumsi televisi.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana pola konsumsi
media massa khususnya televisi pada penyandang tunarungu di SLB-E Negeri
PTP Medan Sumatera Utara.
Metode dalam penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif, dimana
peneliti memberikan penjeleasan atas semua hasil wawancara dan pengamatan
selama penelitian. Narasumber dalam penelitian ini ialah tiga orang siswa
penyandang tunarungu, tiga orang wali murid dari siswa tunarungu, serta dua
orang guru yang mengajar di SLB-E Negeri Pusat Tempat Pembina Medan
Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola konsumsi media massa
(televisi) seorang penyandang tunarungu sama dengan orang pada umumnya.
Mengkonsumsi televisi dengan intensitas dua hingga tingga kali dan durasi dua
hingga tiga jam dalam sehari. Keterbatasan dalam pendengaran tidak menjadi
hambatan untuk tetap mengkonsumsi televisi. Seorang penyandang tunarungu
memahami suatu tontonan dengan hanya dengan melihat dan mengartikan adegan,
bahasa tubuh, dan membaca gerak bibir. Tentunya orang tua sangat berperan
dalam hal mengkonsumsi televisi pada penyandang tunarungu. |
en_US |